Bambang Trijaya Hawadi. Ia adalah almarhum
abang saya.
Walaupun saya mengenalnya hanya kurun waktu
sepuluh tahun (1957-1967), tetapi banyak kenangan manis yang saya kenang semasa
hidupnya.
Cerita ini secara khusus saya persembahkan
untuk mengenang jasa baik almarhum abang saya, Bambang Trijaya Hawadi.
Trijaya adalah nama tengah abang saya
Ada Radio FM bernama SINDO Trijaya FM.
Nama radio ini diambil dari nama tengah
Bambang
Dalam satu kesempatan acara talkshow di
RCTI tahun 1993, saya bersama dengan Yapto Soerjosoemarno. Saat belum on air, Ade Anwar tiba-tiba menyebutkan nama Radio Trijaya FM yang ada di
belakang studio kami. Ia berkata seraya menunjuk kebelakang studio dimana kami
berada, “Radio Trijaya itu namanya diambil dari nama almarhum abang
kamu lho Ren, Bambang. Bambang Trijaya
“.
Saya saat itu berusia 36 tahun belum lama
promosi menjadi Doktor Psikologi dari Universitas Indonesia. RCTI
menyelenggarakan talkshow, dengan pembicara Yapto Soerjosoemarno sebagai tokoh
nasional pemuda dan saya sebagai psikolog yang mengupas masalah topik
yang diberikan. Ini suatu co - incidence atau bisa jadi juga bukan
kebetulan, karena katanya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua terjadi
karena ijin Allah SWT. Dalam kesempatan di studio karena adanya commercial
break itu, Ade Anwar mengingatkan tentang cerita asal muasal Radio
Trijaya.
Setelah niat menulis biografi muncul, saya
hubungi Benny Suyoto yang saya sapa Mas Ben. Dari informasinya lah sangat jelas
bahwa pendiri dan pemberi nama radio tersebut adalah ia sendiri, Mas Benny Suyoto. Berikut ceritanya “ awalnya
berupa pemancar AM dibikin di rumah
Jalan Dr. Wahidin 1 /D12 saat saya masih siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Boedi
Oetomo. Dulu namanya bukan Trijaya. pertamanya pake nama Radio Wahidin
Satu, tahun 1967/1968 baru berubah ke Trijaya. Penyiarnya dulu anak-anak aja, ada Acun, Mat Silet,
Basye, saya -Benny- , dan Iwan. Terus ganti nama ke Trijaya jadi radio serius,
penyiarnyapun serius. Jebolannya malah ada yang jadi penyiar radio atau TVRI”. Sayangnya
era Radio Trijaya di Jalan Dr. Wahidin berakhir tragis, “ dijual pada saat
saya gak ada.. semua piringan hitamnya dibawa semua dan peralatannya oleh si
Udin “ kata mas Ben lebih lanjut. Dijual kepada siapa Mas Ben tidak
melanjutkan ceritanya, dan tiba-tiba radio tersebut sudah menjadi bagian dari
RCTI. Dan selanjutnya setelah kepemilikan RCTI berubah, maka radionyapun
berubah nama menjadi Sindo Trijaya FM.
BTH adalah inisial sebuah nama..
Bambang Trijaya Hawadi. Ia adalah almarhum
abang saya.
Walaupun saya mengenalnya hanya kurun waktu
sepuluh tahun (1957-1967), tetapi banyak kenangan manis yang saya kenang semasa
hidupnya.
Cerita ini secara khusus saya persembahkan
untuk mengenang jasa baik almarhum abang saya, Bambang Trijaya Hawadi.
Bambang, demikian ia dipanggil sehari-hari.
Seorang pemuda, berperawakan atletis,
dengan tinggi badan kira-kira 180 cm, dan berat badan 72 kg. Banyak yang
bilang abang saya ini ganteng dan dandy.
Ia selalu berpenampilan casual yang rapih dan serasi, namun lebih sering
terlihat memakai stelan blue jeans dengan hem lengan pendek berwarna
putih. Rambutnya klimis mengkilat disemir minyak rambut Tancho pomade.
Rambutnya suka dicatok, dicoak seperti gaya Elvis Presley dan Ricky Nelson. Model
sisiran rambutnya belah pinggir. Badannya wangi sandalwood dari sabun Bee
and Flower Brand yang biasa disebut sabun China, dan sesekali bau sabun Camay.
Mencium parfum Aramis mengingatkan saya ke almarhum. Merk
jeans yang dipakai BTH adalah Lee, dibeli khusus di Pasar Ular, Tanjung Priok.
Konon barang-barang yang dijual tersebut berasal dari barang bawaan pelaut
asing, jadi pastinya origineel, ori istilah anak sekarang. Nama pasar
ini sangat bekend kala itu, identik sebagai pusat barang branded.
BTH adalah inisial sebuah nama..
Bambang Trijaya Hawadi. Ia adalah almarhum
abang saya.
Walaupun saya mengenalnya hanya kurun waktu
sepuluh tahun (1957-1967), tetapi banyak kenangan manis yang saya kenang semasa
hidupnya.
Cerita ini secara khusus saya persembahkan
untuk mengenang jasa baik almarhum abang saya, Bambang Trijaya Hawadi.
Bambang berusia sepuluh tahun lebih tua
dari saya.Tahun 1965 ia lulus SMA. Dan langsung kuliah di Unika Atmajaya,
Fakultas Ekonomi. Semasa mahasiswa almarhum aktif di Resimen Mahajaya, resimen
mahasiswa pertama di Indonesia. Kata Mas Ben Almarhum tuh sibuk di Mahajaya
di Lapangan Banteng dan pencetus PP, sebelumnya apatuh bentukan Pak Nasution
PPKRI atau apa lupa… Saya ingat sekali bagaimana Bambang berseragam
Mahajaya, bertali komando merah, berbaret kuning, dan berkacamata rayban. Semua
atribut itu membuat Bambang semakin tampak gagah dan keren. Saya ingat juga
saat Bambang asyik mem brasso kepala kopelrim nya, menyemir sendiri sepatu tentara PDH dan
PDLnya,serta membersihkan sendiri pistol pegangannya. Selain mengendarai motor,
sekali Bambang memakai Jeep Willys yang suka diperbaikinya di Kemayoran Jiung,
ke markas Mahajaya yang berlokasi di Jalan Lapangan Banteng Utara, dekat
kompleks sekolah Santa Ursula.
BTH adalah inisial sebuah nama..
Bambang Trijaya Hawadi. Ia adalah almarhum
abang saya.
Walaupun saya mengenalnya hanya kurun waktu
sepuluh tahun (1957-1967), tetapi banyak kenangan manis yang saya kenang semasa
hidupnya.
Cerita ini secara khusus saya persembahkan
untuk mengenang jasa baik almarhum abang saya, Bambang Trijaya Hawadi.
Bambang ini rajin melakukan exercise. Sering
kali saya melihat ia melakukan push up, sit up dan menggunakan beberapa
peralatan fitness yang ada di rumah kami seperti dumbbell dan barbell
. Iapun juga rajin berlatih boksen dengan meninju samsak yang digantung di
pojok bangunan tengah selasar rumah kami. Olahraga BTH lain yang rajin
ditekuninya adalah gulat. Sifat rajin Bambang terlihat pada caranya merawat moge
nya. Setiap pagi, begitu keluar ke bawah dekat selasar.. saya akan lihat
ritual Bambang yaitu bercelanan pendek jongkok, membersihkan motor
kesayangannya. Dengan obat poles motor, motornya tampak bersih dan bodynya
kinclong mengkilap, bebas dari debu dan jamur. Bambang memiliki beberapa motor,
dengan merk yang berbeda. Mula-mula
motornya adalah BMW R26 warna hitam, kemudian Honda Dream 250cc warna
merah, yang mesinnya konon diubah dengan 350 cc ex mesin Honda Paswal CPM.
Perubahan CC motornya ini pula yang bisa jadi membuat ia kehilangan keseimbangan
dan slip di tikungan Cipayung dan Cibulan, Puncak, Jawa Barat.
BTH adalah inisial sebuah nama..
Bambang Trijaya Hawadi. Ia adalah almarhum
abang saya.
Walaupun saya mengenalnya hanya kurun waktu
sepuluh tahun (1957-1967), tetapi banyak kenangan manis yang saya kenang semasa
hidupnya.
Cerita ini secara khusus saya persembahkan
untuk mengenang jasa baik almarhum abang saya, Bambang Trijaya Hawadi.
Bambang memiliki passion besar
terhadap musik, walaupun tidak pandai memetik gitar atau alat musik lainnya.
Temannya yang bernama Unus lah yang bisa dan biasa genjrang genjreng, dan
menyanyi. Bagi saya, Bambang identik dengan The Beatles. Kamarnya yang berada
di belakang berupa pavilion tidak pernah sepi dengan suara musik. Boleh dikata
dari almarhum lah saya mengenal lagu-lagu The Beatles pertama kali. Sampai saat
ini kalau mendengar lagu-lagu The Beatles era 1960an ingatan saya selalu
melayang ke masa kecil saya. The Beatles, memang fenomenal. Band rock pop dari
Inggris yang terbentuk di Liverpool tahun 1960 ini seolah menyihir orang, baik tua-muda, maupun besar-kecil menyukai
semua lagu-lagunya. Tiada hari tanpa mendengarkan lagu-lagu The Beatles yang diputar Bambang
dari tapecorder reel to reel tape player merk Sony TC 355. Mengutip kata
Mas Ben “ Jaman itu punya reel lagu2 Beatles cuman BTH” Dari semua lagu The Beatles, lagu pertama
yang ditulis George Harrison Don’t bother me menjadi favourite BTH.
Rasanye bersyukur sekali bisa memutar lagu The Beatles kapanpun kami mau.
Rasanya kami tidak mengalami hambatan, gangguan ataupun ancaman mendengarkan
lagu-lagu yang disebut kala itu oleh Presiden Soekarno dengan musik ”ngak ngek
ngok” seperti yang dialami kakak beradik Koes bersaudara Tony, Yon, Yok dan
Nomo Koeswoyo yang sampai di penjara gara-gara gemar memainkan lagu-lagu The
Beatles.
BTH memang memberikan banyak kenangan
terhadap masa kecil saya. Saat papi
membelikan turn table Teac TN-550 saya excited untuk
mencobanya.Bambang mengajari saya cara memegang plat, piringan tipis berwarna
hitam dengan alur-alur yang melingkar berisi data lagu-lagu. Piringan
hitam atau PH berdiameter 30 cm, cukup
terlihat besar dibadan saya yang kecil. Dengan sangat berhati-hati, kedua
telapak tangan saya memegang kiri kanan vinyl dan tidak boleh menyentuh bagian tengah vinyl. Saya juga diajarkan agar
vinyl tidak boleh tergores agar suara lagu tetap jernih. Vinyl dijaga tetap
bersih dan sebelum dimasukkan ke platter
diusahakan di lap dengan kain lembut seperti microfiber (kain
untuk membersihkan kacamata). Bambang juga mengajarkan memegang tonearm yaitu
batang panjang yang berukuran 12 inch agar tetap stabil dan stylus tegak
menekan alur pada lagu yang ingin saya dengar.
Koleksi Vinyl di rumah kami lumayan banyak
, karena papi juga seorang penggemar musik. Selain album-album The Beatles,
papi memiliki banyak koleksi album lagu-lagu Indonesia keluaran Lokananta,
Irama dan RMC. Beberapa biduan berikut dengan lagu-lagu yang masih segar dalam
ingatan dan masih bisa saya ikuti dengan
berkaraoke, yaitu Alfian dengan Senja di Kaimana., Dara Puspita dengan Mari
Mari., Erni Djohan dengan Senja Di Batas Kota., Norma Sanger Gembala
Sapi., Lilis Suryani dengan Gang Kelinci., Oni Suryono dengan Pesanku,
Tuty Subardjo dengan Janjimu, Diah Iskandar dengan Surat Undangan, Oslan
Husein dengan Kampuang Nan Jauh Di Mato, Patti Bersaudara dengan
Paradiso, Nien Lesmana dengan Menanti Dibawah Pohon Kamboja, Rahmat
Kartolo dengan Patah Hati Sam Saimun dengan Juwita Malam,, Tetty
Kadi dengan Teringat Selalu. Ada beberapa album keroncong, lupa namanya…
salah lagu yang saya suka Aryati,ciptaan Ismail Marzuki.
Saat mendengar lagu Nini Rosso yang bernama
Il Silenzio, Bambang pernah bilang kalau meninggal ia minta diiiringi lagu Il
Silenzio dari Nini Rosso. Permintaannya dipenuhi. Saat jenasahnya yang wangi
parfum Nina Ricci, dengan isi botol berwarna kuning diusung berjalan keluar
halaman maka mengalunlah lagu kesayangannya tersebut. Dan kemudian Lagu Il
Silenzio sering saya dengar dipakai Radio El Shinta untuk setiapkali mengawali
pengumuman berita duka cita.
Bambang meninggal 5 November 1967, ia
dikebumikan di TPU Blok P, Kebayoran Baru. Jakarta Selatan dengan diringi
banyak sekali teman-temannya. Bambang meninggalkan legacy berupa 234 SC. Ia
layak dikenang, disayang banyak teman-temannya karena kebaikan hatinya.
0 komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.