Jumat, 03 Maret 2023

Pakar: Pemda-masyarakat perlu duduk bersama bahas sekolah jam 05.30


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) perlu duduk bersama untuk membahas mengenai kebijakan jam masuk sekolah pukul 05.30 Wita.

"Kebijakan ini perlu dibahas bersama, mulai dari Muspida NTT, Dewan Pendidikan Provinsi, hingga masyarakat," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.

Prof Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional 2012-2014 itu menjelaskan pembahasan bersama diperlukan agar banyak pihak memahami alur pikir kebijakan tersebut secara komprehensif.

"Selain itu, pemerintah setempat perlu juga masukan dari sisi anak, guru, dan orang tua mengenai penerapan kebijakan tersebut," katanya.

Prof Lydia menambahkan dari sisi psikologis sebenarnya kebijakan tersebut bisa dimaknai positif sebagai keinginan dari seorang kepala daerah untuk makin meningkatkan kualitas peserta didik.

"Saya mencoba memahami dari sisi psikologis, mengenai kegalauan sekaligus keprihatinan seorang kepala daerah terhadap masa depan lulusan peserta didik SMA/SMK. Asumsi beliau karena pagi hari tubuh dan otak masih segar," katanya.

Kendati demikian, dia juga mengakui bahwa banyak faktor yang harus dilihat terkait kebijakan tersebut.

"Bahwa jika siswa harus mulai belajar di sekolah jam 5 pagi, maka dia harus bangun paling tidak jam 03.30. Ini berarti dia harus tidur jam 20.00 paling telat agar dapat terpenuhi kebutuhan pola tidur 8 jam bagi anak usia remaja. Dengan tidur jam 20.00 berarti sekolah harus mengukur pemberian PR," katanya.

Prof Lydia juga berpendapat bahwa kebijakan sekolah jam 06.00 mungkin lebih bisa diterima

"Karena pukul 06.00 matahari sudah mulai terbit, kendaraan umum sudah banyak di jalan dan cukup waktu bagi orang tua dan anak bersiap, selain itu yang terpenting adalah anak sempat sarapan di pagi hari," katanya.

Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor B. Laiskodat dalam pertemuan dengan sejumlah guru dan kepala sekolah di kantor Dinas Pendidikan NTT mengeluarkan kebijakan yang cukup kontroversi dan menimbulkan reaksi dari masyarakat soal penerapan jam sekolah mulai pukul 05.00 Wita bagi SMA/SMK di Kupang.

Dalam perjalanannya, kebijakan itu berubah dari semula jam 05.00 menjadi 05.30 Wita dan berlaku hingga saat ini.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Kamis, 02 Maret 2023

Guru Besar UI Ingatkan Orangtua Berikan Kasi Sayang untuk Mencegah Bullying

Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengingatkan orang tua agar banyak memberikan kasih sayang pada buah hati mereka guna mencegah perilaku bullying. 


"Salah satu upaya mencegah perilaku bullying pada anak adalah dengan cara mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Minggu. Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan bahwa anak yang menjadi pelaku bullying atau perundungan biasanya adalah mereka yang pernah menjadi korban perundungan. 

"Misalkan seorang anak yang pernah menjadi korban bully di rumahnya, karena tidak berani melawan otoritas maka si anak melampiaskannya di luar. Biasanya yang menjadi sasaran atau korban bully adalah anak yang lemah," katanya. 

Karena itu, kata dia, salah satu cara mengatasi anak agar tidak menjadi pelaku atau korban perundungan maka tugas orang tua dan juga tugas masyarakat yang ada di lingkungan sekitar adalah mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang. 

"Anak yang dibesarkan dengan cinta kasih dan rasa kasih sayang maka akan tumbuh sebagai individu yang utuh. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena akan menjadi modal untuk dia berinteraksi baik dengan teman-teman atau sebayanya," katanya. 

Prof Lydia Freyani Hawadi menambahkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa pembentukan yang akan menentukan kepribadian dan karakter anak pada masa yang akan datang. "Masa pembentukan ini menentukan akan menjadi sosok individu apa dan bagaimana kelak. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama berkewajiban mendampingi proses tumbuh kembang anak dan memberikan hal-hal yang menjadi kebutuhan anak sesuai tahap perkembangan," katanya.

 Orang tua, tambah dia, juga memiliki tugas mengawal perkembangan anak dengan berlandasan nilai-nilai religius untuk jadi pegangan hidup sang anak pada masa yang akan datang. "Selain itu yang juga penting adalah pemberian kasih sayang mutlak tanpa syarat atau unconditional love," katanya. Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Dr Seto Mulyadi atau lebih akrab disapa Kak Seto mengatakan penguatan pendidikan karakter merupakan kunci utama agar anak tidak jadi pelaku perundungan atau bullying. 

"Pendidikan karakter menjadi kunci utama agar anak memiliki karakter yang berakhlak mulia dan penuh cinta kasih," katanya. (Ant/OL-12)


Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/538804/guru-besar-ui-ingatkan-orangtua-berikan-kasi-sayang-untuk-mencegah-bullying

Lydia Freyani Hawadi: Orang Tua Harus Dibekali Pengetahuan Saat Dampingi Anak Belajar di Rumah


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
- Dalam mendampingi anak belajar dengan sistem jarak jauh dari rumah pada masa Pandemi Covid-19, orangtua perlu dibekali pengetahuan bagaimana menjadi pendamping yang baik. Tanpa mengerti bagaimana mendampingi anak belajar, akan mengakibatkan anak cepat lelah dan mudah stres.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, M.SI, M.M.,

Psikolog dalam Webinar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Pusat, Selasa (15/12/2020) untuk memperingati Hari Ibu.

Prof Lydia dalam webinar yang dibuka Ketua Umum IKWI Pusat, Indah Kirana, menjelaskan sebagai ibu harus memahami multiperan dirinya dalam keluarga.

Suasana Webinar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Pusat

Karena multiperan ini sangat berat, supaya tidak jatuh sakit, ibu harus mempersiapkan dirinya dengan mengkonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan olahraga rutin sehingga muncul kekebalan tubuh dalam menjalankan tugas, termasuk mendampingi anak dalam belajar jarak jauh.

Sebagai ibu harus memahami bahwa anak memiliki kebutuhan fisik, rasa aman, dan kebutuhan kasih sayang.
Harus merasa nyaman dan aman di rumah, supaya anak betah berada di rumah.

“Tempat belajarnya harus nyaman,” kata Lydia.

Selain itu seorang ibu harus paham soal strategi pendampingan, antara lain mengendalikan emosi dengan cara baik seperti menarik napas panjang ketika terjadi kejengkelan.

Mengendalikan emosi ini harus latihan, katanya. Kemudian sebagai pendamping harus luwes, tidak kaku, lalu menyimpan nama dan telepon teman-teman anak, orangtua anak dan guru untuk berkomunikasi, ketika ada sesuatu perlu ditanyakan.

Tidak kalah penting bagi sang ibu adalah membuat perencanaan untuk menentukan yang harus didulukan sebagai prioritas, dan mana yang dikerjakan belakangan.

Pengelolaan lingkungan belajar supaya anak betah belajar berlama-lama adalah penting. Namun seorang ibu harus paham seberapa lama kekuatan konsentrasi anak.

Anak umur 4 tahun rata-rata lama konsentrasi 8- 20 menit, umur 5 tahun 10- 25 menit, 6 tahun 12-30 menit, 7 tahun 14- 35 menit, 8 tahun 16- 40 menit, 9 tahun 18- 45 menit, 10 tahun 20- 50 menit, 11 tahun 22- 55 menit, 12 tahun 22- 55 menit.

Webinar yang dimoderatori oleh Dr Hediati, diikuti para pengurus IKWI pusat antara lain Sekretaris Umum Yani Rosdiana, Rabiatun, Leli Yuliawati, Rahmayulis Saleh, Ning Gerald, dan Rahmi Mulyati, serta anggota IKWI dari 23 provinsi di Indonesia. Jalannya acara dikendalikan dari pusat kegiatan di kantor PWI Pusat, Jakarta.



Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Lydia Freyani Hawadi: Orang Tua Harus Dibekali Pengetahuan Saat Dampingi Anak Belajar di Rumah, https://www.tribunnews.com/metropolitan/2020/12/16/lydia-freyani-hawadi-orang-tua-harus-dibekali-pengetahuan-saat-dampingi-anak-belajar-di-rumah.

Guru Besar UI: Gerakan pramuka efektif untuk bentuk karakter positif


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan gerakan pramuka sangat efektif untuk membentuk karakter positif pada diri anak.

"Aktivitas kepramukaan ini sarat dengan muatan nilai-nilai baik yang dapat membentuk karakter positif," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Senin.


Oleh karena itu, Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menilai perlunya penguatan gerakan pramuka karena memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pendidikan karakter bagi generasi muda.

Menurut dia, gerakan pramuka menanamkan nilai-nilai toleransi, kemandirian, jujur, gotong royong, dan nilai-nilai moral lain yang diperlukan seorang anak agar tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik.


"Kendati demikian, fokus utama tidak hanya terkait dengan penguatan program namun juga memastikan bahwa pesan pendidikan karakter melalui kegiatan pramuka bisa tersampaikan dengan baik kepada para peserta didik," katanya.

Prof Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional periode 2012-2014 itu juga mengingatkan mengenai perlunya memastikan bahwa nilai-nilai karakter tersebut telah terinternalisasi dalam diri setiap peserta didik.

"Pastikan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter menjadi bagian dari diri peserta didik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.


Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi mengatakan bahwa Kemenko PMK mendorong penguatan implementasi nilai-nilai revolusi mental dalam kegiatan pramuka.

Didik menjelaskan kegiatan pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat bagus dan strategis karena menanamkan nilai-nilai penting seperti gotong royong, kemandirian hingga kejujuran.

Kemenko PMK sebagai koordinator Gerakan Nasional Revolusi Mental, kata dia, terus mendorong penanaman nilai-nilai revolusi mental melalui kegiatan pramuka.

"Penanaman nilai-nilai revolusi mental dalam satuan pendidikan dapat direalisasikan melalui kegiatan pramuka," katanya.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Pakar: Hari Guru Nasional momentum tingkatkan kompetensi


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi mengatakan Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November merupakan momentum untuk meningkatkan kompetensi pada era digital.


"Hari Guru Nasional merupakan momentum untuk terus mengembangkan kompetensi, keterampilan, dan sikap," kata Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Jumat.

Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini. Non-Formal dan Informal (PAUDNI) itu mengatakan peringatan Hari Guru Nasional juga momentum untuk melakukan refleksi sekaligus evaluasi.


"Dalam konteks peringatan Hari Guru Nasional maknanya adalah sebagai pengingat sejauh mana guru telah menjalankan fungsi, yang melekat erat dengan kata kompetensi. Kompetensi adalah komponen utama yang harus dimiliki guru sebagai pengajar, yang diberi amanat untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswanya," kata dia.

Dengan melakukan evaluasi diri dan refleksi diri, kata dia, seorang guru akan selalu terpanggil untuk memberi yang terbaik bagi siswanya.

"Sebagai contoh, selama masa pandemi sektor pendidikan tanpa disengaja dipercepat untuk masuk era 4.0 dengan mau tidak mau mendorong seorang guru untuk menguasai teknologi digital dalam mengajar dan ini harus menjadi gaya mengajar, tuntutan mengajar dalam new era," katanya.


Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan, peningkatan kompetensi, keterampilan, dan sikap harus terus dikembangkan pada era digital seperti sekarang ini.

"Kendati saat ini sudah tidak ada lagi pembelajaran jarak jauh atau PJJ namun keterampilan baru seperti menggunakan aplikasi zoom, google meetquizziz, gform, google classroom, dan lain sebagainya dalam proses belajar mengajar harus terus tetap digunakan. Karena memang ini era digital dan tuntutan mengajar semakin canggih," katanya.

Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) juga menekankan pentingnya peningkatan kompetensi digital bagi guru.

Plt. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Aris Darmansyah Edisaputra mengatakan bahwa era teknologi digital yang berkembang pesat menjadi tantangan di bidang pendidikan yang perlu menjadi perhatian utama.


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Guru Besar UI: Sekolah garda terdepan kawal perkembangan karakter anak


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan sekolah merupakan garda terdepan dalam mengawal perkembangan karakter peserta didik.


"Setelah peserta didik memperoleh pendidikan karakter di rumah dari orang tua atau keluarga terdekat, maka sekolah akan menjadi garda terdepan yang mengawal berkembangnya karakter baik bagi seorang anak," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Minggu.

Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan bahwa sekolah akan makin memperkuat pendidikan dan nilai-nilai karakter bagi peserta didik agar dapat tumbuh sebagai pribadi yang berakhlak mulia.


Menurut dia, pendidikan karakter yang diberikan sejak dini yang bertujuan agar anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berintegritas menjadi tugas orang tua.

"Orang tua yang berperan meletakkan fondasi akhlak, moral, dan perbuatan baik sebagai bekal sang anak untuk berinteraksi di lingkungan sosial yang lebih luas," katanya.

Setelah itu, pengetahuan moral baik atau pendidikan karakter yang diperoleh anak dari orang tua, keluarga atau lingkungan terdekatnya akan diperkuat oleh lingkungan yang lebih luas yang ada di sekitar anak.

"Lingkungan di sekitar anak yang dimaksud yaitu sekolah, tetangga sekitar, tempat ibadah, tempat les anak, intinya komunitas yang dapat menjadi pendukung bagi nilai-nilai baik yang diterima anak di rumah," katanya.


Dengan demikian, kata dia, agar pendidikan karakter di sekolah berjalan baik maka perlu kemitraan yang baik antara sekolah dan orang tua.

"Keluarga menjadi mitra sejajar untuk tercapainya tujuan pendidikan bagi seluruh siswa. Hubungan harmonis antara sekolah dengan keluarga merupakan hal esensial yang perlu dibangun untuk optimalisasi pendidikan anak di ranah akademik, sosial, dan emosional," katanya.

Prof Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional periode 2012-2014 itu mengatakan keluarga dan sekolah berperan penting dalam mendukung optimalisasi tumbuh kembang anak, khususnya dalam aspek pendidikan karakter.



"Keluarga dan sekolah memiliki pengaruh pada kinerja siswa secara menyeluruh. Apa yang ditampilkan anak merupakan hasil kerja sama antara sekolah dan orang tua atau keluarga di rumah," katanya.


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia