Oleh: Rini Setianingsih, M.Psi, Psikolog | Psikolog dan Kepala SD Avicenna Cinere (Medco Group)
Kalau ditanya siapakah pakar Psikologi Pendidikan? Mungkin jawaban "Prof. Reni" bukanlah jawaban yang salah. Beliau istiqamah dalam mengajarkan ilmu psikologi dalam konteks pendidikan selama puluhan tahun. Wabil khusus mengenai psikologi keberbakatan. Beruntung sekali, tesis saya tentang anak berbakat bisa dibimbing langsung oleh ahlinya, Prof. Reni Hawadi.
Mengapa menantang ? Karena ketika
belajar bersama Prof Reni kita harus sudah dalam keadaan "setengah
penuh". Kita perlu mengisi otak kita dengan informasi materi yang akan
dibahas. Jadi gak kosong-kosong banget lah ketika masuk ke kelas Prof. Reni. Sebelum
pemaparan, Prof.Reni sering kali memberikan kuis baik secara lisan maupun
tulisan. Nah kuis lisan inilah yang sering menjadi momok mahasiswa. Sampai
muncul istilah "Cerdas Cemas". Format kuis lisannya seperti tanya
jawab lomba cerdas cermat, namun menimbulkan kecemasan pada semua pesertanya
hehe..
Pernah suatu ketika saya dan
teman presentasi tugas kuliah. Setelah presentasi, ada tanya jawab dari Prof.
Reni. Teman saya terlihat cemas dan menjawab pertanyaan Prof. Reni dengan
gelagapan. Alhasil nilai teman saya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan,
dan langsung dituliskan di atas paper teman saya. Bener deh, kalau mau masuk
kelas Prof .Reni kita gak boleh masuk dengan Otak dan hati yang kosong. Semua
harus diisi dan disiapkan agar selama belajar pun kita bisa berdiskusi dengan baik. Bayangkan
jika kita tidak punya informasi apapun, kita pasti akan kesulitan memahami apa
yang sedang dibahas.
Begitu pula ketika ingin
bimbingan. Kita harus sudah siap dengan paper kita. Sudah merevisi apa yang
diarahkan oleh Prof. Reni dan menandai revisinya. Ditandai dengan sticky note di halaman yang perlu
direvisi. Ketika bimbingan perlu membawa file lama dan file yang sudah
direvisi. Lalu ketika bertemu Prof. Reni, harus disandingkan file lama dengan
file revisi. Jika ketika dicek tidak ada perubahan (tidak direvisi), habislah
kita wkwkw…
Meskipun terkenal sebagai dosen
killer, Prof. Reni tetaplah seorang ibu yang bisa kita teladani dalam hal
keibuannya. Beliau selalu bercerita tentang anak-anaknya dan betapa hebatnya
mereka. Kebetulan ada satu anak Prof. Reni yang seumuran dengan saya dan saat itu sedang menjalani S3 di Belanda, sehingga
relate dengan saya yang juga sedang
lanjut kuliah. Hal yang perlu diteladani dari beliau sebagai ibu bekerja adalah
bagaimana menyeimbangkan waktu antara karir dan mendidik enam anak beliau yang sukses. Dengan karir beliau
yang tokcer sebagai dosen dan cukup muda untuk menjadi Doktor di usianya 36
tahun, saya salut sekali karena antara urusan rumah dan pekerjaan berjalan
seimbang.
Pengalaman paling berkesan saya
selama mengenal Prof. Reni adalah ketika bimbingan tesis. Ketika proses
bimbingan dengan Prof. Reni, beliau sedang menjalani pendidikan di Lemhannas
dan masih mengajar di Program Studi
Kajian Timur Tengah dan Islam (PSKTTI) Program Pascasarjana Universitas
Indonesia di Salemba serta Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) di Kebayoran Baru. Selain itu, saya perlu
mengambil data penelitian di daerah Panglima Polim. Luar biasa perjuangan saya untuk
penelitian dan bimbingan, racing naik
motor antara Depok-Salemba-Lemhanas-Panglima Polim-Blok M-Jatiwaringin (rumah
saya). Sepanjang jalan shalawatan biar gak macet, ataupun nyasar agar tidak
telat.
Ngomong-ngomong soal nyasar, saya
juga pernah nyasar mencari rumah Prof. Reni untuk mengumpulkan tesis akhir
(kalau gak salah itu berkas revisi setelah sidang). Waktu itu Prof. Reni minta
dikumpulkan tesis revisi ke rumahnya di Duren Sawit jam 6 pagi. Kebetulan saat
itu bulan puasa. Sejak semalam saya mengecek revisi dan typo apakah masih ada
atau tidak, sampai tidak tidur. Karena harus sudah betul dan di print. Namun namanya hidup ya, tidak ada
yang lancar. Tesis revisi sudah siap, setelah shalat subuh, ketika menuju rumah
Prof Reni saya tidak menemukan persisnya dimana rumah Prof Reni. Mungkin karena
masih subuh, saya gak terlihat jelas nomer rumah Prof. Reni. Saya muter-muter
di kompleknya. Sampai nangis saya. Akhirnya saya telat sekitar 10 menit dan
Prof Reni sudah berangkat. Alhamdulillah, bisa dititipkan kepada orang yang ada
di rumahnya.
Pengalaman telat juga pernah
terjadi ketika janjian bertemu Pro.f Reni di UAI.
Kalau tidak salah untuk meminta tanda tangan beliau, untuk mengumpulkan naskah
sidang. Diinformasikan bahwa jadwal bertemu maju sekitar 30 menit dari
seharusnya. Dan saya tidak bisa memenuhinya karena saya dari Jatiwaringin.
Terlambat lah saya dan Prof. Reni sudah tidak ada. Beliau juga mungkin sedang
ada urusan lain, sehingga tidak bisa dihubungi. Saat itu saya kalut, sedih
bukan main. Saya menelepon ibu saya sambil menangis. Saya gatau apa yang harus
saya lakukan. Akhirnya diminta ibu saya berdoa. Lalu saya shalat Dhuha di Masjid
Agung Al Azhar. Saya masih tidak tau apa yang harus saya lakukan. Entah kenapa
terpikir untuk bercerita dengan Bu Iin (dosen koordinator kami). Lalu saya
janjian dengan Bu Iin di Depok. Alhamdulillah beliau bisa. Saya bertemu dan
bercerita apa yang baru saya alami sambil menangis. Bu Iin pun menjadi mediator
kami, dan menghubungi Prof. Reni agar si anak bocah ini diberikan kesempatan
untuk bertemu. Karena memang sudah tinggal naskah akhir sebelum sidang. Sedih
sekali jika tidak lulus karena hal ini. Alhamdulillah setelah dihubungi Bu Iin,
Prof Reni mau memberikan kesempatan kepada saya untuk bertemu dan meminta tanda
tangan. Akhirnya saya bisa sidang dan lulus di semester tersebut.
Meskipun demikian, Prof Reni ini
sangatlah mensupport karir saya
sebagai psikolog. Beberapa kali saya ditawarkan menjadi psikolog asonger di
biro beliau, diajak penelitian
dan memegang proyek dengan klien yang banyak. Beliau juga mau membantu mengisi
sesi parenting ketika saya bekerja di sekolah. Saya juga pernah diminta
membantu beliau menjadi pelatih untuk guru PAUD se-Indonesia dari organisasi
beliau.
Selama kita menunjukkan perfoma
terbaik kita, tanggung jawab, dan tepat waktu insyaallah Prof.Reni akan percaya
sama kita dan banyak peluang rezeki yang datang melalui beliau. Terimakasih
Prof .Reni atas segala bimbingannya, baik selama saya menempuh pendidikan
profesi hingga saat ini saya berkarir di sekolah. Semoga Prof. Reni selalu
sehat, dan diliputi keberkahan atas ilmunya yang bermanfaat. Selamat ulang
tahun Prof. Reni, barakallah fii umrik.