Kamis, 31 Maret 2022

Bimbingan Sepanjang Hayat Bersama Prof. Reni

Oleh: Rini Setianingsih, M.Psi, Psikolog | Psikolog dan Kepala SD Avicenna Cinere (Medco Group)

Kalau ditanya siapakah pakar Psikologi Pendidikan? Mungkin jawaban "Prof. Reni" bukanlah jawaban yang salah. Beliau istiqamah dalam mengajarkan ilmu psikologi dalam konteks pendidikan selama puluhan tahun. Wabil khusus mengenai psikologi keberbakatan. Beruntung sekali, tesis saya tentang anak berbakat bisa dibimbing langsung oleh ahlinya, Prof. Reni Hawadi.

Saya bertemu beliau ketika mengambil kuliah magister profesi psikologi di UI. Ketika berkuliah S1 psikologi, saya belum bertemu beliau di ruang kelas. Ketika kuliah profesi ini, saya cukup intensif bertemu beliau. Karena di semester terakhir, kasus sistemik, kasus siswa SMA, dan tesis saya dibimbing langsung oleh beliau. Sungguh pengalaman yang sangat menantang.

Mengapa menantang ? Karena ketika belajar bersama Prof Reni kita harus sudah dalam keadaan "setengah penuh". Kita perlu mengisi otak kita dengan informasi materi yang akan dibahas. Jadi gak kosong-kosong banget lah ketika masuk ke kelas Prof. Reni. Sebelum pemaparan, Prof.Reni sering kali memberikan kuis baik secara lisan maupun tulisan. Nah kuis lisan inilah yang sering menjadi momok mahasiswa. Sampai muncul istilah "Cerdas Cemas". Format kuis lisannya seperti tanya jawab lomba cerdas cermat, namun menimbulkan kecemasan pada semua pesertanya hehe..

Pernah suatu ketika saya dan teman presentasi tugas kuliah. Setelah presentasi, ada tanya jawab dari Prof. Reni. Teman saya terlihat cemas dan menjawab pertanyaan Prof. Reni dengan gelagapan. Alhasil nilai teman saya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, dan langsung dituliskan di atas paper teman saya. Bener deh, kalau mau masuk kelas Prof .Reni kita gak boleh masuk dengan Otak dan hati yang kosong. Semua harus diisi dan disiapkan agar selama belajar pun  kita bisa berdiskusi dengan baik. Bayangkan jika kita tidak punya informasi apapun, kita pasti akan kesulitan memahami apa yang sedang dibahas.

Begitu pula ketika ingin bimbingan. Kita harus sudah siap dengan paper kita. Sudah merevisi apa yang diarahkan oleh Prof. Reni dan menandai revisinya. Ditandai dengan sticky note di halaman yang perlu direvisi. Ketika bimbingan perlu membawa file lama dan file yang sudah direvisi. Lalu ketika bertemu Prof. Reni, harus disandingkan file lama dengan file revisi. Jika ketika dicek tidak ada perubahan (tidak direvisi), habislah kita wkwkw…

Meskipun terkenal sebagai dosen killer, Prof. Reni tetaplah seorang ibu yang bisa kita teladani dalam hal keibuannya. Beliau selalu bercerita tentang anak-anaknya dan betapa hebatnya mereka. Kebetulan ada satu anak Prof. Reni yang seumuran dengan saya dan  saat itu sedang menjalani S3 di Belanda, sehingga relate dengan saya yang juga sedang lanjut kuliah. Hal yang perlu diteladani dari beliau sebagai ibu bekerja adalah bagaimana menyeimbangkan waktu antara karir dan mendidik  enam  anak beliau yang sukses. Dengan karir beliau yang tokcer sebagai dosen dan cukup muda untuk menjadi Doktor di usianya 36 tahun, saya salut sekali karena antara urusan rumah dan pekerjaan berjalan seimbang.

Pengalaman paling berkesan saya selama mengenal Prof. Reni adalah ketika bimbingan tesis. Ketika proses bimbingan dengan Prof. Reni, beliau sedang menjalani pendidikan di Lemhannas dan masih mengajar di  Program Studi Kajian  Timur Tengah dan Islam  (PSKTTI) Program Pascasarjana Universitas Indonesia di Salemba serta Universitas Al Azhar Indonesia (UAI)  di Kebayoran Baru. Selain itu, saya perlu mengambil data penelitian di daerah Panglima Polim. Luar biasa perjuangan saya untuk penelitian dan bimbingan, racing naik motor antara Depok-Salemba-Lemhanas-Panglima Polim-Blok M-Jatiwaringin (rumah saya). Sepanjang jalan shalawatan biar gak macet, ataupun nyasar agar tidak telat.

Ngomong-ngomong soal nyasar, saya juga pernah nyasar mencari rumah Prof. Reni untuk mengumpulkan tesis akhir (kalau gak salah itu berkas revisi setelah sidang). Waktu itu Prof. Reni minta dikumpulkan tesis revisi ke rumahnya di Duren Sawit jam 6 pagi. Kebetulan saat itu bulan puasa. Sejak semalam saya mengecek revisi dan typo apakah masih ada atau tidak, sampai tidak tidur. Karena harus sudah betul dan di print. Namun namanya hidup ya, tidak ada yang lancar. Tesis revisi sudah siap, setelah shalat subuh, ketika menuju rumah Prof Reni saya tidak menemukan persisnya dimana rumah Prof Reni. Mungkin karena masih subuh, saya gak terlihat jelas nomer rumah Prof. Reni. Saya muter-muter di kompleknya. Sampai nangis saya. Akhirnya saya telat sekitar 10 menit dan Prof Reni sudah berangkat. Alhamdulillah, bisa dititipkan kepada orang yang ada di rumahnya.

Pengalaman telat juga pernah terjadi ketika janjian bertemu Pro.f Reni di   UAI. Kalau tidak salah untuk meminta tanda tangan beliau, untuk mengumpulkan naskah sidang. Diinformasikan bahwa jadwal bertemu maju sekitar 30 menit dari seharusnya. Dan saya tidak bisa memenuhinya karena saya dari Jatiwaringin. Terlambat lah saya dan Prof. Reni sudah tidak ada. Beliau juga mungkin sedang ada urusan lain, sehingga tidak bisa dihubungi. Saat itu saya kalut, sedih bukan main. Saya menelepon ibu saya sambil menangis. Saya gatau apa yang harus saya lakukan. Akhirnya diminta ibu saya berdoa. Lalu saya shalat Dhuha di Masjid Agung Al Azhar. Saya masih tidak tau apa yang harus saya lakukan. Entah kenapa terpikir untuk bercerita dengan Bu Iin (dosen koordinator kami). Lalu saya janjian dengan Bu Iin di Depok. Alhamdulillah beliau bisa. Saya bertemu dan bercerita apa yang baru saya alami sambil menangis. Bu Iin pun menjadi mediator kami, dan menghubungi Prof. Reni agar si anak bocah ini diberikan kesempatan untuk bertemu. Karena memang sudah tinggal naskah akhir sebelum sidang. Sedih sekali jika tidak lulus karena hal ini. Alhamdulillah setelah dihubungi Bu Iin, Prof Reni mau memberikan kesempatan kepada saya untuk bertemu dan meminta tanda tangan. Akhirnya saya bisa sidang dan lulus di semester tersebut.

Meskipun demikian, Prof Reni ini sangatlah mensupport karir saya sebagai psikolog. Beberapa kali saya ditawarkan menjadi psikolog asonger di biro beliau, diajak penelitian dan memegang proyek dengan klien yang banyak. Beliau juga mau membantu mengisi sesi parenting ketika saya bekerja di sekolah. Saya juga pernah diminta membantu beliau menjadi pelatih untuk guru PAUD se-Indonesia dari organisasi beliau.

Selama kita menunjukkan perfoma terbaik kita, tanggung jawab, dan tepat waktu insyaallah Prof.Reni akan percaya sama kita dan banyak peluang rezeki yang datang melalui beliau. Terimakasih Prof .Reni atas segala bimbingannya, baik selama saya menempuh pendidikan profesi hingga saat ini saya berkarir di sekolah. Semoga Prof. Reni selalu sehat, dan diliputi keberkahan atas ilmunya yang bermanfaat. Selamat ulang tahun Prof. Reni, barakallah fii umrik.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia