Kamis, 13 Januari 2022

Memberi Banyak Warna Dalam Hidup Saya

 

Oleh: Dewi Savitri, M.Si, CMHA 


Berkisah  tentang Prof. Dr. Reni Akbar-Hawadi M.Si, M.M., Psikolog, merupakan hikmah tersendiri yang memberi banyak warna pada jalan hidup saya. Hingga saya menyebut diri ini ‘diceburin dan basah kuyup’ oleh Prof. Reni dengan cara istimewa. Ada yang lucu, menegangkan, sedih, terharu, gembira. Pokoknyaa, serruuuu !

Momen pertemuan perdana saya dengan Prof. Reni terjadi saat saya menjadi mahasiswa S2 PS-KTTI (Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam) Pasacasarjana Universitas Indonesia tahun 2011. Satu angkatan ada 5 mahasiswa, dua diantaranya jurusan Ekonomi Syariah yaitu Pak Dedi staff Ahli Menteri Pertanian dan Citra yang bekerja di Kementerian Luar Negeri. Sisanya ada 3 orang yang mengambil jurusan Kajian Islam dan Psikologi yaitu Danial Sutami-aktivis Advent, Vivin Alvina-alumni Tahfidz, juara lomba lari marathon dan saya-guru aliyah di pesantren Az-Ziyadah.

Prof. Reni menjadi Ketua PS-KTTI sekaligus dosen mata kuliah Pemikiran Islam dalam Psikologi Kepribadian. Ketika pertama masuk kelas, beliau menanyakan background S1 kami sebelum kuliah di PS-KTTI UI. Setelah itu, Prof. Reni menanyakan tokoh psikologi yang kami ketahui. Dilanjutkan dengan pembagian tugas untuk presentasi materi. Ada yang memperoleh tokoh Ivan Pavlov dan tokoh Carl Jung. Saya kebagian tokoh Erik Erikson. Wah, harus semangat nih, harus benar-benar banyak cari info untuk mengerjakan tugas, karena background saya sebelumnya Kependidikan Islam, bukan dari Psikologi. Setelah mengumpulkan makalah dan presentasi terkait teori 8 Tahapan Perkembangan menurut Erik Erikson, saya memperoleh nilai 95. Alhamdulillah.

Inilah kesan pertama saya tentang Prof. Reni, beliau adalah dosen wanita yang berpenampilan rapi, elegan, bersuara lembut dengan kalimat tegas dan jelas, sehingga mampu membuat kami tetap siap siaga fokus pada apa yang beliau sampaikan.

Gbr.1  Prof. Reni Akbar-Hawadi mengisi materi Psikologi Lansia

 

 
Diantara tugas-tugas makalah dan presentasi, ada satu tugas unik dari Prof. Reni yaitu program Psychology Lecture Series yang diadakan tiap hari Rabu. Kami diminta menyiapkan seminar terkait psikologi, mulai dari mengundang narasumber dan peserta, menyiapkan ruang, alat proyektor, konsumsi serta dokumentasi. Ruang yang digunakan adalah gabungan dua kelas yang dibuka pembatasnya untuk menampung sekitar 50 peserta, berlokasi di lantai 4 gedung IASTH. Tugas yang sangat menarik. Saya suka !

 

Gbr.2  Dari kiri ke kanan : Danial, Vivin, saya, Prof. Reni Akbar-Hawadi, Dr. Ida Sajida, Citra

 
Narasumber Lecture Series pertama diisi oleh Prof. Reni dengan tema Psikologi Untuk Lansia. Selanjutnya beberapa narasumber kami peroleh berdasarkan referensi dari Prof. Reni yaitu para dosen mata kuliah Psikologi di kampus UI Depok. Diantaranya adalah Dr. Bagus Takwin tentang makna merdeka menurut Psikologi Sosial dan Dr. E. Kristi Poerwandari tentang Psikologi Gender. Ada pula dosen PS-KTTI yang turut serta mengisi materi seperti Dr. Ida Sajidah dan Dr. Ali Ghozali.

Wuiiihh, pesertanya lumayan rame lho ! Mungkin karena Lecture Series ini gratis dengan narasumber yang kompeten di bidang ilmu psikologi, banyak juga guru dan mahasiswa yang semangat hadir menjadi peserta dari bebagai wilayah di DKI Jakarta.

Gbr.3  Ruang Video Conference (ViCon)

 
Setelah melihat antusias peserta yang lumayan banyak dan tidak tertampung dalam ruang kelas, tempat seminar berikutnya pindah ke tempat yang lebih luas lagi di lantai 3.

 

Prof. Reni meminta kami untuk bekerjasama dengan mbak Desti bagian administrasi kampus PS-KTTI agar Lecture Series dapat diikuti oleh mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya melalui video conference (vicon). Alhasil beberapa kampus bersedia ikut hadir secara online, diantaranya adalah kampus Universitas Syiah Kuala-Aceh, Universitas Islam Indonesia-Jogja, Universitas Hasanudin-Makasar, UKI-Jakarta, UI-Depok dan kampus lainnya. Jadi, jauuh sebelum perkuliahan daring melalui aplikasi Zoom, kami sudah lebih dahulu menyelenggarakan kegiatan online melalui video conference. Keren kaann ?

Gbr.6  Peserta Lecture Series melalui Video Conference  yang diikuti oleh mahasiwa dan dosen dari berbagai universitas di Indonesia

 

Gbr.5  Kak Seto sebagai narasumber dengan tema Psikologi Keprinbadian

 

Gbr.4  Narasu4ber Dr. Bagus Takwin dengan tema makna merdeka menurut Psikologi Sosial

 
    

                                                                                                                          

 

 

Acara Lecture Series ini terasa gegap gempita dan  lebih meriah lagi tatkala Prof. Reni mendatangkan narasumber mengundang para Ambassador Duta Besar dari berbagai negara yang sedang bertugas di Indonesia. Ada Dubes Amerika, Dubes Inggris, Dubes Palestine, Dubes Syria, Dubes Marocco, Dubes Egypt, Dubes Iran dan lainnya. Bahkan pernah juga Kak Seto-tokoh nasional bersedia tampil menjadi narasumber tentang Pendidikan Karakter. Bener-bener waaah deh.

Gbr.7  Lecture Series bersama Prof. Reni dan Mr. Mohammad Ali Rabbani, Atase Kebudayaan Republik Islam Iran

 
Nah, ini ada satu kejadian lucu saat menyiapkan acara menyambut Mr. Mohammad Ali Rabbani as the Cultural Counselor Embassy of the Islamic Republic of Iran (Atase Kebudayaan Republik Islam Iran). Kira-kira satu jam sebelum acara, Prof. Reni meminta saya untuk menjadi pembawa acara atau MC menggunakan bahasa Inggris karena personal kampus yang biasa tampil tidak bisa hadir. Saya yang belum terbiasa, langsung menjawab “Saya belum pernah bu.. “.                           Prof. Reni bilang, “Bisa Wiii, kamu bisaa..”

Saya langsung panik. Coba cari di Google contoh kalimat MC dalam bahasa Inggris tapi kok gak ketemu yang pas. Wadduuh, gimana ini ? Saya coba buat sendiri, coret sana-coret sini, dibaca berulang-ulang supaya lancar pronounciation dan ngalir bahasa Inggris-nya. Sekitar 5 menit sebelum tampil, tiba-tiba Prof. Reni memanggil saya, “Wiii.. itu yang dari Kedutaan Iran pakai bahasa Persia, bukan bahasa Inggris. Kalau begitu, kamu juga pakai bahasa Indonesia aja yaa.. “. Ehh, ohh ? Ibuuuu.. saya sudah latihan was wes wos, diubah ke bahasa Indonesia. Huwwaaaa.. !

Saya langsung pontang panting searching lagi di Google dan tanya ke teman-teman. Tapi karena panik, malah saya jadi bingung sendiri, ahaha.. Akhirnya diam sebentar, tarik nafas-hembus nafas, duduk minum air mineral. Saya ambil kertas, mengubah susunan acara yang semula berbahasa-Inggris menjadi bahasa Indonesia. Biarlah garis besarnya saja. Nanti saat tampil, saya coba improvisasi sendiri. Dan, jreng-jreng.. Tampil deh saya menjadi MC dengan suara lembuut. Hikss.., padahal mah grogi bangettt.  Setelah selesai, Prof. Reni bilang, “Bagus, Wii !” . Alhamdulillah. Saya girang, ternyata deg-degan dari Prof. Reni tadi telah memberi dorongan kuat untuk memunculkan kemampuan saya mengatasi kondisi darurat. Ciyyeee.. jadi terharu, deh.

Pada awal semester dua, Prof. Reni memberi tugas makalah untuk mata kuliah Pemikiran Islam dalam Psikologi Pendidikan. Saya memilih tema pendidikan anak usia dini (PAUD). Ada 100 halaman saya susun. Ketika Prof. Reni tanya mengapa pilih tema PAUD, saya jawab karena saya pernah menjadi guru sekaligus kepala PAUD.  Mungkin karena tugas ini pula, satu bulan kemudian saya dipanggil Prof. Reni untuk bergabung dengan tim mahasiswa beliau dari Psikologi UI-Depok yaitu Orissa Anggita Rinjani (mbak Ori) dan Fitri Arlinkasari (mbak Inka). Kami bertiga diberi tugas untuk memetakan kondisi PAUD di seluruh dunia. Saya kebagian wilayah Asia dan Indonesia. Mbak Ori dan mbak Inka memetakan PAUD wilayah Eropa, Amerika, dan Australia. Saya segera membuat powerpoint slide berdasarkan tugas makalah PAUD yang telah saya buat sebelumnya. Cukup dua minggu, tugas kami selesai.

Awal Maret 2012, Prof. Reni memanggil saya, menanyakan apakah bersedia menjadi asisten beliau yang telah dilantik sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal dan Informal (PAUDNI) di Kementerian Pendidikan Nasional RI. Saya merasa surprise. Kaget, euyy. Mimpi apa ya semalam. Ada rasa takut, karena tugas seperti ini belum pernah saya jalani. Saya menjawab, untuk menjadi asisten akan minta ijin dulu ke suami. Seperti biasa, Prof. Reni bilang, “Bisa ya, Wiii.. Kamu pasti bisa !”  

Awal Maret 2011, saya mulai bertugas menjadi asisten Prof. Reni yang berkantor di Kemdikbud Gedung E lantai 3, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Saya hadir setiap hari sejak pukul 08.00 hingga sore pukul 17.00.

Prof. Reni memberi tugas kepada saya untuk mengelola sosial media terkait kegiatan beliau sebagai Dirjen PAUDNI melalui facebook, twitter dan website, waktu itu belum ada instagram dan youtube belum seramai sekarang. Saya juga memfoto kegiatan saat Prof. Reni rapat atau menghadapi tamu-tamu yang hadir audiensi, yang nantinya akan di-upload ke sosial media beliau sebagai Dirjen PAUDNI. Saya merasa beruntung dapat melihat langsung tamu-tamu istimewa Prof. Reni. Ada tokoh masyarakat, artis dan aktor ngetop yang peduli dengan PAUD, ibu menteri, pejabat terkenal. Masya Allah.

Ada satu lagi asisten Prof. Reni yang bertugas sebagai sekretaris pribadi, saya memanggilnya mbak Sri. Tugas mbak Sri mengelola administrasi dan menemani Prof. Reni berkunjung ke berbagai wilayah di Indonesia untuk memantau langsung kondisi PAUD disana. Terkadang saya bergantian dengan mbak Sri mendampingi Prof. Reni mengunjungi PAUD diluar daerah. Saya ikut ke Bandung, Solo, Makasar, Padang, Lombok, NTT, ke masyarakat Badui luar di Banten, dan wilayah lainnya.

Gbr.8  Kunjungan ke Sumbawa Barat bersama Prof. Reni selaku Dirjen PAUDNI beserta Direktur dan jajarannya.

 
Bahkan saya pernah naik pesawat fokker mengunjungi PAUD di pulau Sumbawa Barat, melihat gunung emas asli, memasuki masjid terapung, konferensi menteri pendidikan sedunia di Yogyakarta dimana saya sekamar dengan asisten pribadi menteri pendidikan dan menteri luar negeri.  Saya pun pernah bersama Prof. Reni naik mobil mengunjungi PAUD di wilayah PT. Newmont dengan prosedur ketat, yaitu kecepatan mobil wajib hanya 50 km/jam. Kalau melambat atau lebih cepat dari 50 km/jam, maka mobil yang ditumpangi akan terkena radar tembakan. Benar-benar pengalaman yang menakjubkan. Ada banyak ilmu dan wawasan yang terbentang di depan mata saya. Woww, serruuu !

 

Gbr.9  Wisuda Kelulusan kami, resmi menyandang gelar M.Si (Master of Sains) Pascasarjana PS-KTTI UI

 
Menjadi asisten Prof. Reni di PAUDNI-Kemdikbud, tidak membuat saya lalai menjalani tugas belajar sebagai mahasiswa PS-KTTI UI. Saya tetap rutin mengikuti jadwal kuliah. Saat memasuki semester 4, saya ijin untuk tidak aktif sebagai asisten, ingin fokus menyelesaikan tesis S2 saya. Terasa sedih, tapi saya bangga, bahagia telah diberi banyak kesempatan dan peluang oleh Prof. Reni. Alhamdulillah tesis saya selesai tepat waktu. Saya diwisuda dan lulus dengan nilai sangat memuaskan (very good).

 

 

Gbr.10  Sertifikat ICONIPSY yang saya peroleh dari kampus UGM-Yogyakarta

 
Selepas wisuda, saya berkegiatan di seputar dunia PAUD. Berbekal ilmu kuliah dan wawasan saat menjadi asisten Prof. Reni di kantor PAUDNI-Kemdikbud, pada tahun 2015 saya menjadi founder Psychology of Cooking dengan mengadakan pelatihan untuk orangtua dan guru PAUD. Materinya seputar bagaimana cara mengelola kegiatan cooking class untuk perubahan perilaku positif pada anak didik PAUD baik di sekolah maupun di rumah. Saya juga berkempatan bersama dosen PS-KTTI UI yaitu ibu Aliah Bagus Purwakania Hasan, M.Kes menjadi presenter mini workshop tema islamic cooking class for children pada acara International Conference on Islamic Psychology (ICONIPSY) di kampus UGM-Yogyakarta. Saya mengikuti pula call of paper berjudul Cooking Class Untuk Anak Usia Dini pada Simposium Nasional Riset Pendidikan di Universitas Paramadina.

 

Selanjutnya, bekerjasama dengan Pemda DKI, saya diminta mengadakan trauma healing berupa kegiatan cooking class untuk anak usia dini di sebelas rusunawa wilayah DKI Jakarta. Tahun 2019, saya lolos seleksi menjadi asesor BANPAUD DKI Jakarta.

Gbr.11  Kegiatan Psychology of Cooking di Rusunawa binaan Pemda DKI

 
 


Setelah sekian lama jarang berkomunikasi dengan Prof. Reni, saya mendengar kabar salah satu putra beliau wafat. Bersama mbak Desti, saya berkunjung ke kediaman Prof. Reni untuk mengucapkan bela sungkawa. Saat itu Prof. Reni menyampaikan gagasan untuk mengumpulkan alumni Kajian Islam dan Psikologi PS-KTTI UI  dalam bentuk ngaji online.

Maka pada bulan Mei 2020, diadakan Ngaji Online Kajian Islam dan Psikologi atau disingkat NOKIP, menggunakan aplikasi Zoom online sebagai antisipasi tatap muka langsung terkait adanya waspada pandemi Covid 19.

Tujuan program NOKIP untuk memberi ruang kepada lulusan PS-KTTI mengamalkan hasil belajar yang diperoleh, serta ajang ukhuwah kepada masyarakat umum agar masih bisa memperoleh ilmu pengetahuan terkait Kajian Islam dan Psikologi secara online dalam masa pandemi.

Program NOKIP dimoderatori langsung oleh Prof. Dr. Reni Akbar-Hawadi, selaku Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia yang pernah pula bertugas sebagai Kepala PS-KTTI UI. Kegiatan ini dilaksanakan sejak 23 Mei 2020 dan secara rutin berjalan setiap hari Jumat sore pukul 15.30 – 17.30 WIB.

Pada bulan September 2021, program NOKIP telah berjalan sebanyak 68 zoom online, bersinergi dengan narasumber dari kalangan cendekiawan, akademisi, birokrat dan praktisi. Para narasumber merupakan profil yang berpengalaman di bidangnya berkaitan dengan keilmuan Kajian Islam dan Psikologi. Program ini bisa diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, laki-laki dan perempuan tanpa rentang usia.

Gbr.12  Poster kegiatan Ngaji Online Kajian Islam & Psikologi (NOKIP)

 
Hasil program NOKIP dapat dilihat di sosial media melalui link youtube https://www.youtube.com/ngajionlinekip dan instagram @ngaji.online.kip. Peserta NOKIP berasal dari berbagai wilayah di Jabodetabek dan luar daerah seperti Sulawesi, Madura, Jawa      Tengah dan lainnya. Betapa senangnya, dakwah melalui NOKIP dapat diterima dengan baik.

Ya Allah, penggenggam jiwa manusia. Sangatlah besar peran Prof. Reni dalam diri saya, memberi banyak warna dan hikmah kehidupan.  Saya memuliakan Prof. Reni sebagai guru, pembuka gerbang ilmu. Tepat hari Selasa 22 Maret 2022 nanti, usia Prof. Reni memasuki 65 tahun. Curahan doa selalu dipanjatkan untuk Prof. Reni. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi, menyayangi, melapangkan banyak kemudahan, meluaskan rizqi, memberi kesehatan prima dan memuliakan Prof. Reni sekeluarga, bahagia fiddunya wal akhirah, Aamiin Yaa Mujibassailin.

Barakallahu fiikum Prof. Reni.

 

Jakarta, 10 Januari 2022

Dewi Savitri, M.Si, CMHA


Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia