Minggu, 03 Oktober 2021

Insya Allah


Rasulullah SAW bersabda,

_" Berkata Sulaiman bin Daud as; Malam ini aku akan berkeliling mengunjungi 70 perempuan, tiap perempuan kelak akan melahirkan seorang anak yang kelak akan berperang di jalan Allah." Sulaiman ditegur malaikat, " Katakanlah Insyaallah". Sulaiman tanpa mengucapkan insyaallah mengunjungi 70 perempuan itu dan ternyata tidak seorangpun diantara wanita-wanita itu yang melahirkan anak, kecuali seorang wanita yang melahirkan seorang setengah manusia. Demi Allah yang nyawaku ada di TanganNya, seandainya Sulaiman mengucapkan kata insyaallah niscaya ia tidak gagal dan akan tercapai hajatnya."_
*HR. Bukhari dan Muslim.*
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V, ungkapan insya Allah ditulis serangkai menjadi _insyaallah_ dan tidak ada huruf yang dikapitalkan.
Kata ini merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang penulisannya
terdiri atas tiga unsur, _in, syaa dan Ilah_(dari kata Allah) yang berdiri sebagai ungkapan dengan satu makna, "Jika Allah mengizinkan" atau "Kehendak Allah".
Kata _insyaallah_ kerap kita gunakan menyertai pernyataan akan berbuat sesuatu pada masa yang akan datang.
Mengutip Wikipedia, ungkapan ini pada negara-negara yang menggunakan bahasa Arab dipakai oleh semua umat yang beragama. Jadi kata _insyaallah_ tidak menunjukkan sifat suatu agama tertentu, melainkan hanya menunjukkan pada arti"Jika Allah mengizinkan". Hal ini sesuai dengan firman Allah:
_" Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi," 'kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah"._
*QS. Al Kahfi (18):23-24.*
Dari ayat ini, kita meyakini bahwa ucapan _insyaallah_ merupakan salah satu perintah Allah.
Kita meyakini bahwa semua berasal dari kehendak Allah.
Kita meyakini bahwa manusia tidak memiliki daya kekuatan melainkan karena Allah.
Kita meyakini adanya kekuatan yang lebih besar, kekuatan Allah Sang Khalik.
Kita meyakini setiap peristiwa merupakan hal yang tidak pasti.
Kita meyakini kepastian hanya ada pada Allah.
Kita meyakini manusia tidak memiliki kekuasaan apapun untuk memastikan setiap perbuatan sudah pasti akan terjadi.
Demikianlah Allah SWT memberi petunjuk kepada Rasul-Nya tentang etika bila kita hendak mengerjakan sesuatu yang telah ditekadkan di masa mendatang. Hendaklah kita mengembalikan hal tersebut kepada kehendak Allah SWT.
Semoga ayat-ayat Al Qur'an dan Hadist menjadi penguat diri kita untuk terus berjalan ke arah sesuai petunjukNya agar memperoleh keselamatan dunia akhirat
Selamat menjalankan Sunnah Dhuha. Salam sehat.
27 Zulhijah 1442H/06.08.2021.
lfh/LFH.
Youtube prof reni akbar hawadi
_Diadaptasi dan disadur secara bebas dari berbagai sumber_.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia