Selasa, 01 Desember 2020

Genk Puskur


Foto ini diambil saat kami mengikuti Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK), Tahun 2012 di Sawangan, Depok. Bambang Indiarto, saya, Diah Harianti, Ella Yulaelawati, dan Nugaan Dani berpose sejenak sebelum masuk kembali ke ruang sidang.

Inilah RNPK pertama dari tiga kali yang saya ikuti semasa menjabat Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Infornal (PAUDNI) Kemendikbud R.I.
Melihat foto ini membawa ingatan saya bukan ke situasi RNPK yang dihadiri lebih dari 1500 orang pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan seluruh Indonesia, dan juga para Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI seantero dunia. Namun foto ini justru lebih membawa ke masa saya bekerja paruh waktu di Pusat Kurikulum (Puskur) Balitbangdikbud, tahun 1982-1986.Saat saya mengenal pertama kali teman-teman saya tersebut.
Lulus dari Fakultas Psikologi UI tahun 1981 saya langsung diminta bantu Fakultas. Dekan Prof. A.S. Munandar menempatkan saya sementara di Biro Pendidikan (Birpend) sambil menanti penempatan jadi PNS. Satu semester kemudian saya baru menjadi staf di Bagian Psikologi Perkembangan.
Disinilah awal saya mengenal dekat dengan Prof. Utami Munandar. Saya sering banyak dilibatkan dalam proyek-proyek beliau, termasuk dalam kapasitas beliau menjadi Ketua KKPPAB Puskur Balitbangdikbud.
Satu hari saya dipanggil ruang kerja Bu Munandar, ditawarkan pekerjaan paruh waktu seminggu dua hari di Pusat Kurikulum. Beliau menceriterakan garis besar tentang proyek anak berbakat istimewa di Indonesia yang akan dikerjakan.
Sebagai fresh graduate saya sangat senang dan merasa terhormat memperoleh tawaran ini. Saya bersama mbak Hera Lestari Mikarsa (saat itu belum guru besar) yang diajak duduk dalam Kelompok Kerja Pengembangan Pendidikan Anak Betbakat (KKPPAB), yang diketuai langsung oleh Prof. Utami Munandar.
Singkat cerita, mulailah lembaran baru saya ngantor di Puskur setiap Selasa dan Kamis. Ini lah cikal bakal kepakaran saya dalam keberbakatan dimulai. Praktis sejak saat itu saya ikut sebagai pelaku sejarah adanya layanan pendidikan anak berbakat istimewa negeri ini.
Mengikuti rapat-rapat persiapan, merancang instrumen, melakukan riset, mengolah data, menganalisis, menulis laporan, membuat seminar, lokakarya serta menjadi konselor di salah satu sekolah rintisan adalah bagian dari tugas saya di KKPPAB.
Proyek yang dirintis era Mendikbud Prof.Dr. Daoed Joesoef, dan diwujudkan saat jaman Mendikbud Prof.Dr. Nugroho Notosusanto terpaksa kandas dibawah Mendikbud Prof.Dr.Fuad Hassan.
Dengan demikian berakhir pula tugas saya di Puskur pada tahun 1986, KKPPAB bubar jalan. Makan siang di food court Ratu Plaza dan belanja setiap dapat amplop honor pun jadi kenangan manis.
Kembali pada foto dibawah, tahun 2012.
Ceritanya saya bertemu kembali dengan para teman Puskur saya, namun sudah dalam casing yang berbeda.
Saya sudah jadi guru besar dan baru tujuh minggu dilantik jadi eselon 1 yang mana Nugaan Dani dan Ella Yulaelawati menjadi eselon 2 saya. Sedangkan Diah Harianti (yang akhirnya kuliah seangkatan saya di Sains Psikologi Pendidikan) menempati posisi orang nomor satu Pusat Kurikulum.
Bambang Indiarto sejatinya yang saya kenal belakangan tahun 1992 saat saya mondar mandir bimbingan disertasi dengan Prof.Moegiadi, ko promotor yang menjabat Sesbalitbang, telah menduduki jabatan penting Sesditjen Dikdasmen.
Begitulah potongan nostalgia saya dengan foto dibawah ini. Dan dari foto ini juga saya coba mengingat-ingat yang pernah saya kenal semasa wira wiri dari Kampus UI Rawamangun ke Balitbang Kemdikbud Senayan.
Banyak wajah namun lupa nama..alhamdulillah beberapa yang masih berteman baik sampai sekarang a.l dengan pak Siswo , pak Herry, pak Siskandar Ses Balitbang beserta istrinya bu Salamah, mbak Yetty, Nonny, Femmy (yang kemudian berkiprah di PMK)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia