Sabtu, 03 November 2018

Bab II Belajar Sepanjang Hayat

Rumah Pintar Dimana-mana

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus memperluas akses dan layanan untuk masyarakat. Salah satunya melalui Rumah Pintar, sebuah program pemberdayaan masyarakat yang komprehensif. Program ini memadukan ilmu pengetahuan dengan kesejahteraan. Mendidik sekaligus mencipta lapangan pekerjaan.

Rumah Pintar bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan bekal keterampilan. Sehingga, masyarakat menjadi terampil dan mampu bekerja atau berwirausaha. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan budaya membaca. Pada tahun 2013, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013 tentang Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis. Melalui aturan ini, pemerintah mengakui keberadaan Rumah Pintar sebagai salah satu pendidikan nonformal.

Rumah pintar dapat menyelenggarakan sejumlah layanan kepada masyarakat. Antara lain, layanan pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan keaksaraan, pengembangan minat baca, dan pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan sosial, ekonomi, serta budaya. Sepanjang tahun 2013, pemerintah bersama SIKIB membangun Rumah Pintar di berbagai wilayah. sia Bersatu (SIKIB) meresmikan Rumah Pintar di sejumlah lokasi, antara lain:

1. Rumah Pintar Pandawa, NTB
Pada hari Kamis, 24 Januari 2013 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA meresmikan Rumah Pintar Pandawa bersama Rumah Pintar Nur Ilahi yang terletak di Kabupaten Lombok Timur. Pada saat yang bersamaan, juga diresmikan Rumah Pintar Al-Ma’arif yang terletak di Kabupaten Sumbawa Besar. Peresmian tersebut dipusatkan di Rumah Pintar Pandawa, Desa Ungga, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pada peresmian Rumah Pintar tersebut, pemerintah menyerahkan bantuan laptop, satu buah piano, alat permainan edukatif, dan sejumlah paket buku bacaan.

Mendikbud mengharapkan rumah pintar dapat menjadi sentra pendidikan, pemberdayaan  masyarakat, sekaligus untuk membebaskan buta aksara. Rumah pintar dapat dijadikan sebagai bagian dari Program Kuliah Kerja Nyata. Mahasiswa dapat mendampingi pengelola rumah pintar untuk kegiatan operasional agar keberadaan rumah pintar terjaga dan terjamin. Koordinator Indonesia Pintar SIKIB, drg. Laily Mohammad Nuh, menyebutkan rumah pintar adalah ‘rumah pendidikan’ bagi masyarakat. Program ini melayani semua kelompok usia, mulai anak usia dini sampai dengan usia lanjut sebagai proses belajar sepanjang hayat. Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono meresmikan 26 Rumah Pintar sekaligus menyerahkan 3 unit Kapal Pintar, dan 4 buah Motor Pintar pada tanggal 19 Februari 2013. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara simbolis di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara. Peresmian tersebut dihadiri oleh Kepala
Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio, M.M, Wakil Ketua SIKIB Hj. Herawati Boediono, Ketua I SIKIB Okke Hatta Radjasa, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, dan sejumlah pejabat Kemdikbud.

Kapal Pintar merupakan kapal yang didesain sebagai sarana “perpustakaan bergerak”. Kapal ini dilengkapi buku-buku pengetahuan dan alat peraga yang ditujukan untuk masyarakat, terutama yang belum terjangkau layanan pendidikan secara optimal. Kapal-Kapal Pintar tersebut akan menyinggahi pulau-pulau terpencil di wilayah operasi Lantamal IV Tanjung Pinang, Lantamal VI Makasar,
serta Lantamal X Jayapura secara reguler dan terjadwal. Terobosan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan masyarakat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, dan mengakses informasi yang dibutuhkan secara berkesinambungan. Selain menyerahkan Kapal Pintar kepada TNI Angkatan Laut, SIKIB juga menyerahkan 4 unit Mobil Pintar yang diterima oleh Komandan Korem 012/Teuku Umar Kolonel Inf Daddy Estoe Widodo, Komandan Korem 131/Santiago Brigjen TNI Jhony Lumbang
Tobing, Komandan Lantamal VII Laksma TNI Dedy Yulianto, dan Komandan Lantamal XI Brigjen TNI Marinir Heri Setiadi.

3. Rumah Pintar Se-Jawa Timur
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA meresmikan Rumah Pintar se-Jawa Timur pada tanggal 1 Juli 2013. Peresmian tersebut dipusatkan di yayasan Pondok Pesantren ALAnwar, desa Patereman Kabupaten Bangkalan. rumah pintar tersebut didirikan untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat khususnya anak-anak usia sekolah, termasuk ibu-ibu dan
kaum remaja. Mendikbud berharap rumah pintar mampu memfasilitasi kegiatan belajar di luar sekolah, untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak-anak.

4. Rumah Pintar Sail Komodo
Ibu Negara Ani Yudhoyono bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan empat rumah pintar bertepatan dengan puncak acara Sail Komodo 2013. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (14/9). Pembangunan empat rumah pintar menggunakan dana APBN senilai Rp 2,3 miliar. Presiden berharap rumah pintar dapat membantu meningkatkan kreativitas masyarakat menuju Nusa Tenggara Timur menjadi destinasi pariwisata dunia. Konstruksi fisik bangunan dikerjakan oleh Kementerian Perumahan Rakyat, sedangkan bantuan rintisan rumah pintar berasal dari Direktorat Jenderal PAUDNI. Bantuan tersebut digunakan untuk persiapan, peningkatan manajemen lembaga, penguatan sentra, transpor pengelola, dan pengelolaan kegiatan.

Rumah pintar memiliki lima sentra. Yaitu sentra buku, sentra bermain, sentra panggung, sentra komputer, dan sentra kriya. “Rumah Pintar diharapkan dapat meningkatkan keterampilan anak-anak, remaja, ibu-ibu usia produktif, dan masyarakat di Labuan Bajo,” ucap Direktur Jenderal PAUDNI.

5. Lima Rumah Pintar di Bali
Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono meresmikan lima unit Rumah Pintar di Bali, Senin 25 November 2013. Peresmian dilakukan secara simbolik di Rumah Pintar Munti Gunung, Dusun Munti Gunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Empat Rumah Pintar lainnya adalah Rumpin Tunas Muda (Kabupaten Bangli), Nurul Hidayah (Jembrana), Widya Kumara (Karangasem), dan Pradnyasari (Tabanan).

Usai melakukan peresmian, Ibu Negara bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninjau fasilitas di dalam Rumpin Munti Gunung. Rumpin ini memiliki beberapa ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Di Ruang Sentra Bermain terdapat berbagai mainan anak, baik modern maupun tradisional. Rumah Pintar tersebut memiliki Sentra Ketahanan Pangan. Di pekarangan terdapat puluhan pot tanaman buah dan sayuran, seperti nanas, cabai, dan tomat. Sentra ketahanan pangan ini bertujuan untuk mempromosikan kegiatan menanam.

6. Rumah Pintar di Puncak Hari Nusantara
Usai menghadiri Peringatan Hari Nusantara 2013 di Anjungan Pantai Talise Palu, Minggu 15 Desember 2013, Wakil Presiden Prof. Dr. Boediono dan Ibu Herawati Boediono bersama rombongan mengunjungi Rumah Pintar di Jl. Kedondong, Desa Donggala Kodi Kota Palu. Di Rumah Pintar itu, Ibu Herawati Boediono menandatangani dua prasasti yang menandakan diresmikannya Rumah Pintar Najadi ToPande dan Rumah Pintar Yasmin. Usai meresmikan Rumah Pintar, Ibu Herawati Boediono bersama Wapres meninjau sentra audio video, sentra buku, sentra kriya, dan sentra komputer. Di sentra-sentra itu, Ibu Herawati Boediono bersama Wapres menyapa anak-anak yang sedang belajar. Sebelum meninggalkan Rumah Pintar, Wapres dan Ibu Herawati Boediono menyaksikan ketrampilan
ibu-ibu rumah tangga menenun tenun ikat di Rumah Tenun dan melihat buku-buku yang ada di mobil pintar perpustakaan keliling.

Adicipta Lokatara Utama
Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menganugerahkan Adicipta Lokatara Utama kepada Ibu Negara Ani Yudhoyono. Penghargaan tersebut disematkan atas gagasan Ibu Negara mendirikan Rumah Pintar. Penghargaan Adi Cipta Lokatara Utama merupakan penghargaan tertinggi atas prakarsa, inovasi, dan daya cipta luar biasa yang berdampak nasional dan internasional.

Penghargaan kepada Ibu Ani itu diserahkan langsung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam peringatan Hari Anak Nasional 2013 di Gedung Smesco, Jakarta, Selasa (23/7) Ibu Ani mendapat penghargaan tersebut karena telah berperan dalam mengembangkan rumah pintar di seluruh Indonesia melalui Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Di rumah pintar ini, berbagai sarana dan prasarana pembelajaran terintegrasi dalam satu tempat. Ada berbagai sentra belajar dalam rumah pintar, yaitu sentra buku, sentra audio visual, sentra kriya, sentra komputer,dan sentra bermain.

Sejak 2010, rumah pintar diakui sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis yang diatur dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat 4. Rumah pintar pun te mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak, ASEAN, bahkan Timor Leste akan mengadaptasi konsep tersebut di negaranya. Sampai saat ini sudah ada 339 Rumah Pintar yang tersebar diseluruh provinsi. SIKIB menargetkan seluruh kota/kabupaten di Indonesia memiliki rumah pintar. Setidaknya, tahun 2014, akan ada 500 rumah pintar yang telah didirikan. Rumah Pintar merupakan bagian program Indonesia Pintar yang diprakarsai SIKIB. Perkumpulan yang dipimpin Ibu Ani ini berdiri pada tanggal 28 Desember 2004, beberapa hari setelah bencana tsunami aceh berlangsung. SIKIB bertujuan untuk membantu mempercepat implementasi target Tujuan

Pembangunan Milenium atau MDGs di sejumlah bidang, seperti pendidikan, kesehatan, kreativitas, pemberdayaan perempuan, kepedulian sosial, dan lingkungan. Pada bidang pendidikan, SIKIB membentuk program Indonesia Pintar. Program ini kemudian melahirkan rumah pintar sebagai tempat belajar masyarakat, mulai usia dini hingga lanjut usia. Tidak cukup hanya di situ, SIKIB juga mencetuskan pula kapal pintar, mobil pintar, dan motor pintar untuk menjangkau wilayah yang sulit terjangkau. Hingga awal 2013, SIKIB sudah memprakarsai 150 unit Mobil Pintar, 409 unit Motor Pintar, dan 6 unit Kapal Pintar.

Menjalin Kemitraan dengan Perusahaan
Penyelenggaraan program pendidikan masyarakat seyogyanya tidak dianggap semata-mata hanya tugas pemerintah saja. Meskipun pemerintah memang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan layanan pendidikan bagi seluruh warga negara. Namun, pendanaan pendidikan memerlukan peran serta dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal PAUDNI berupaya untuk mengembangkan kemitraan dengan berbagai perusahaan swasta, BUMN, maupun berbagai organisasi sosial masyarakat. Selama tahun 2013, terdapat sejumlah perusahaan yang turut aktif membantu program pendidikan masyarakat, antara lain:

1. Program CSR Pendidikan Nonformal
Direktur Jenderal PAUDNI, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog., di dampingi Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ella Yulaelawati, M.A., Ph,D., dan Vice President PT. Indominco Mandiri, Drs. Muh. Nasution, MM., meresmikan PKBM Mitra Malahing di Bontang, Jumat (14/6). PKBM tersebut merupakan lembaga binaan PT. Indominco Mandiri. Sebelum meresmikan PKBM Mitra Malahing, Dirjen memberikan motivasi kepada seluruh peserta PKBM agar terus belajar hingga akhir hayat, dan usia bukanlah menjadi batasan. Vice President PT. Indominco Mandiri, HM. Nasution, mengatakan perusahaannya mencoba mensinergikan program CSR dengan program pemerintah. Ia melihat masih banyak warga yang buta aksara di sekeliling perusahaannya. Oleh karena itu mereka tergerak untuk melakukan CSR dalam hal penuntasan tuna aksara.Melalui kerja sama dengan PKBM, masyarakat tidak hanya dilatih untuk belajar, tetapi juga membuat produk lokal, misalnya kerajinan tangan, pengelolaan makanan khas, yang semuanya dari potensi lokal. Program CSR ini pun akan terus berkelanjutan, dan bagi masyarakat yang sudah mendapatkan paket C akan dilatih agar bisa bekerja di perusahaan.

Bahkan, para peserta PKBM sudah ada yang mengikuti pelatihan operator dan bekerja di area operasional PT. Indominco Mandiri.. Dalam sambutannya, Dirjen memberikan apresiasi tinggi kepada PT. Indominco Mandiri. Ini merupakan bentuk sinergi antara pemerintah dan swasta dalam memberikan layanan prima di bidang pendidikan untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif.

2. Kemitraan dengan BRI
Bank BRI turut membantu Pengembangan program PAUDNI. Bank tersebut memberikan bantuan untuk program Indonesia Pintar. Antara lain memberikan satu unit kapal pintar bersama dengan Bank BNI dan Bank Mandiri. Selain itu, Bank BRI bersama Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat menggelar program AKRAB. AKRAB merupakan akronim dari Aksara Agar Berdaya, salah satu program unggulan Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI. Program tersebut merupakan penguatan pendidikan keaksaraan integrase dengan ekonomi kerakyatan di Provinsi Jawa Tengah. 

Kegiatan AKRAB bersama BRI merupakan laku Corporate Social Responsibility (CSR), yakni BRI Peduli Pendidikan. Bertempat di Sekretariat Boarding School “MebangunDesa” di Jalan Raya Baturaden Barat Desa Ketenger Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, BRI Peduli Pendidikan secara simbolik menyerahkan bantuan kepada tiga desa, yakni Desa Argopenidan, Desa Karang Dhuwur, dan Desa Karang Kemiri Kecamatan Jeruk Legi Kabupaten Cilacap. Bantuan senilai Rp 100 juta untuk masing-masing desa diberikan secara simbolik. Melalui bantuan tersebut, desa penerima bantuan dapat memanfaatkannya untuk memberdayakan masyarakatnya melalui berbagai program keaksaraan, seperti keaksaraan wirausaha, Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), atau berbagai program keaksaraan lainnya. Selain itu, BRI Peduli Pendidikan juga menyerahkan sebanyak 40 rekening bank BRI kepada peserta didik di desa penerima bantuan

Melek Aksara dengan BatungBingar
Batung Bingar (baca, tulis, hitung, bicara, dengar) merupakan metode pembelajaran sebagai upaya mengentaskan ketunaaksaraan dalam waktu 48 jam (15 hari). Metode Batung Bingar ini dimulai dengan orientasi tutor, yaitu membekali tutor kemampuan dalam proses pembelajaran keaksaraan Batung Bingar, melaksanakan kurikulum, menerapkan bahan ajar, dan menilai hasil pembelajaran keaksaraan Batung Bingar.

Orientasi tutor dilaksanakan minimal 1 hari. Melalui orientasi ini, tutor mengasah keterampilan melaksanakan metode-metode pembelajaran keaksaraan dalam model pembelajaran Batung Bingar. Bersama tim pengembang model, tutor mempraktekkan perangkat model (kurikulum, bahan ajar, alat penilaian) dalam pembelajaran, tidak sekedar memahami konsepnya.

Perangkat model dibagikan kepada seluruh peserta orientasi. Peserta orientasi adalah tutor keaksaraan yang memiliki pengalaman menjadi tutor minimal 1 tahun, diutamakan yang berijazah Sarjana, dan memiliki komitmen tinggi terhadap pembelajaran keaksaraan. Pada akhir kegiatan orientasi, tim pengembang harus memastikan bahwa peserta orientasi telah menguasai keterampilan pembelajaran batung bingar melalui uji kompetensi. Batung Bingar merupakan model yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan PAUDNI Regional II Surabaya.

Model ini berupaya memecahkan masalah krusial dalam pelaksanaan pendidikan keaksaraan, yakni lemahnya kemampuan penyimpanan memori/daya ingat warga belajar atas materi yang didapat. Oleh karena itu, model Batung Bingar memperpendek proses dengan mendekatkan waktu pembelajaran. Hal ini ternyata efektif dalam rangka memperpanjang masa tangkapan atas materi yang diterima warga belajar. Sehingga, memudahkan proses belajar yang lebih efektif.

Memadukan berbagai metode perolehan bahasa, meminimalisir jeda waktu pembelajaran, Hal penting lain dalam proses pembelajaran adalah jadwal pembelajaran. Selama ini pertemuan tutor dengan warga belajar sebanyak 2-3 kali per minggu. Jeda waktu antarpertemuan, menurut warga belajar, membuat mereka lupa kembali dengan materi ajar sebelumnya. Tidak heran, program keaksaraan selama 6 bulan, hanya bisa menuntaskan 50% sasaran buta aksara. Oleh sebab itu, model Batung Bingar mampu menjadi terobosan. Setelah orientasi, para tutor melaksanakan proses  pembelajaran keaksaraan Batung Bingar. Jumlah warga belajar tiap kelompok adalah 10 orang, sebagaimana hasil seleksi calon warga belajar.

Proses pembelajaran dilaksanakan selama 48 jam secara intensif (tiap hari dan terus menerus) dengan menggunakan bahan ajar yang mengacu pada SKKD (Standar Kompetensi Keaksaraan Dasar). Model pembelajaran ini memiliki 4 (empat) bahan ajar, yaitu Bahan Ajar Batung Bingar seri 1: Berbicara dan Mendengar, Bahan Ajar Batung Bingar seri 2: Membaca, Bahan Ajar Batung Bingar seri 3: Menulis, danBahan Ajar Batung Bingar seri 4: Berhitung dan Pemantapan Batung Bingar. Hasil pembelajaran ini diharapkan warga belajar memiliki kompetensi mem-baca, me-nulis, berhitung, ber-bicara, dan men-dengar (batung binger

Program Penuntasan Keaksaraan di Papua
Direktorat Jenderal PAUDNI membuat program percepatan peningkatan keaksaraan di Papua dan Papua Barat karena persentase tuna aksara di kedua provinsi tersebut mencapai 34% atau sekitar 650 ribu jiwa penduduk. “Berdasarkan penelitian, suatu Negara atau suatu wilayah yang keaksaraanya lebih dari 30% itu rawan konflik,” kata Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ella Yulaelawati Ph.D. Saat ini ada enam kabupaten di Papua dan Papua Barat yang akan disasar penuntasan keaksaraannya yaitu Kabupaten Paniai, Yakuhimo, Jayawijaya, Puncak, Tolikara dan Jayapura. Untuk menuntaskan tuna aksara di Provinsi Papua diperlukan gerakan nasional dan sinergi lintas sektor. Namun, upaya pemberdayaan masyarakat dan pengentasan tuna aksara di Papua tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pemerintah tanpa kerja sama kemitraan dan ketersediaan lembaga masyarakat yang memadai.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Papua, sebanyak 91 persen penduduk yang tuna aksara tersebut terkonsentrasi di 15 kabupaten, yaitu Puncak, Nduga, Intan Jaya, Memberamo Tengah, Pegunungan Bintang, Lanny Jaya, Yalimo, Tolikara, Deiyai, Puncak Jaya, Yahukimo, Asmat, Jayawijaya, Paniai, dan Dogiyai. Bahkan dua kabupaten diantaranya di atas 85%, yaitu Kabupaten Puncak 86,47% dan Kabupaten Nduga 85,59%. Upaya percepatan penuntasan tuna aksara di kabupaten-kabupaten tersebut, membutuhkan komitmen pemerintah pusat dan daerah bersama pemangku kepentingan lainnya melalui sinergi program pemberdayaan masyarakat.

Salah satu upaya Direktorat Jenderal PAUDNI pada tahun 2013 dalam menuntaskan tuna aksara di Papua dan Papua Barat adalah menyelenggarakan layanan keaksaraan dasar. Secara keseluruhan, sasaran keaksaraan pada tahun 2013 berjumlah 332.340 orang termasuk di dalamnya sasaran layanan khusus 58.000 orang dan 33 kabupaten terpadat niraksara 64.500 orang.

Dari jumlah tersebut sebanyak 42.750 orang sasaran dialokasikan untuk Papua dan Papua Barat. Untuk mempercepat penuntasan niraksara di kedua provinsi tersebut Kemdikbud bersinergi dengan Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B).

Tuan Rumah Forum Keaksaraan Internasional
UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL) memilih Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan Forum Kebijakan Internasional Pendidikan Keaksaraan dan Kecakapan Hidup Orang Dewasa. Indonesia dinilai sebagai negara yang berhasil menjadi role model penuntasan tuna aksara. Forum yang diikuti 60 peserta dari Indonesia, dan 50 peserta dari 19 negara di kawasan Asia dan Afrika tersebut berlangsung 20-22 Agustus 2013 di Jakarta.

Kegiatan yang diikuti oleh kalangan pendidik, organisasi masyarakat, mitra swasta, dan pengelola PKBM itu diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. Forum tersebut merupakan kerja sama antara UNSECO Bangkok dan Jakarta, UIL, Pemerintah Indonesia, dan the Asia South Pacific Association for Basic and Adult Education (ASPBAE). Kegiatan itu menghadirkan pembicara dari Australia dan Jepang sebagai negara maju yang berhasil memberikan layanan pendidikan dan kecakapan hidup bagi remaja. Adapun beberapa negara yang turut serta antara lain Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Timor Leste, Vietnam, Bangladesh, India, Nepal, Ethiopia, dan Sudan Selatan. Forum ini merupakan kelanjutan dari dua forum regional serupa, yang sebelumnya dilaksanakan di Bamako tahun 2010 dan Kairo tahun 2011. Forum ini bertujuan meningkatkan kesempatan belajar bagi remaja rentan, serta meningkatkan kualitas hidup mereka. Melalui forum ini, Indonesia saling berbagi kebijakan dan praktik terbaik cara
meningkatkan keaksaraan dan kecakapan hidup remaja melalui aktivitas PKBM. Pada kesempatan tersebut juga diluncurkan Second Global Report on Adult Learning and Education (GRALE II), yang merupakan laporan dunia tentang kondisi dan tantangan pendidikan orang dewasa Forum Kebijakan Internasional tersebut dibuka oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud)
Bidang Pendidikan Prof. Dr. Musliar Kasim, dan dihadiri oleh Direktur UNESCO Regional Science Bureau for Asia and the Pacific and UNESCO Representative to Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, the Philippines and Timor Leste, dan sejumlah pejabat Kemdikbud

Peringatan Hari AksaraInternasional ke-48
Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal PAUDNI menggelar puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-48. Puncak peringatan HAI dipusatkan di Plasa Insan Berprestasi Gedung A, Kemdikbud, Senayan Jakarta. Tema yang diangkat pada peringatan HAI ke-48 tahun ini adalah “Keaksaraan Abad 21 Membangun Karakter dan Keunggulan Bangsa”, dengan subtema “Melalui Peringatan Hari Aksara Internasional ke- 48, Kita Tingkatkan Keberaksaraan Masyarakat Abad 21 untuk Membangun Karakter Keunggulan Bangsa.”

Dengan tema tersebut diharapkan dapat mengingatkan kembali dan memberi inspirasi tentang kesungguhan usaha untuk meningkatkan kualitas upaya penyelenggaraan pendidikan keaksaraan. Pendidikan keasksaraan adalah pondasi gerakan pemberdayaan masyarakat dan bukan sekedar pengentasan ketunaaksaraan semata. Dalam peringatan HAI tahun ini, digelar juga Festival Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Festival ini digelar di halaman Kemdikbud Senayan Jakarta, dari tanggal 10 hingga 12 Oktober 2013. Sejumlah taman bacaan masyarakat dari berbagai penjuru tanah air memeriahkan festival yang terbuka untuk umum tersebut. Indonesia telah menunjukkan capaian signifikan dalam hal keaksaraan orang dewasa dengan menurunnya angka niraksara dewasa secara konsisten dan pesat. Atas pencapaian ini UNESCO memberikan penghargaan King Sejong Literacy Prize pada tahun 2012 kepada pemerintah Indonesia.

Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-48, diawali dengan peresmian 12 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan 5 Rumah Pintar (Rumpin) yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh. Sejak tanggal 8 September 2013 telah dilaksanakan serangkaian acara peringatan HAI ke 48, kegiatan-kegiatan ini antara lain lomba dan pemberian penghargaan peserta didik keaksaraan, lomba publikasi bagi wartawan, penghargaan keaksaraan bagi pimpinan daerah, penilaian PKBM berprestasi, dan penilaian taman bacaan kreatif dan rekreatif.

82 Subgugus Tugas Trafficking
Direktorat Jenderal PAUDNI pada tahun 2013 telah menginisiasi atau mendorong pembangunan 82 Subgugus Tugas Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Unit kerja tersebut tersebar di 82kabupaten/kota yang rentan terhadap perdagangan orang. TPPO merupakan kejahatan yang terorganisasi dengan jaringan lintas Negara. Kejahatan ini merupakan bisnis illegal dengan beragam cara perekrutan tenaga kerja disertai iming iming upah yang menggiurkan.

Biasanya korbannya adalah anak perempuan. Para korban ini terpaksa harus pergi mencari pekerjaan sampai ke luar negeri atau ke luar daerah, karena tuntutan keluarga atau orangtua. Perdagangan orang merupakan salah satu persoalan kemanusiaan Kejahatan ini juga merupakan satu pelanggaran  terhadap hak asasi manusia (HAM) yang paling berat dengan menjadikan manusia layaknya sebuah komoditas barang. Modus ini dilakukan secara rapi dan terorganisasi, sehingga para korban awalnya tidak menyadari bahwa dirinya sedang masuk pada lingkaran perdagangan orang. Sindikat perdagangan manusia melihat adanya kelemahan dan kekurangtahuan masyarakat/wanita Indonesia yang akan bekerja di luar daerah maupun negeri. Kalau hal ini dibiarkan, dapat diperkirakanbahwa korban Tindak pidana perdagangan akan semakin meningkat, khususnya dari Indonesia.

Korban perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak juga rentan menjadi korban eksploitasi seks dan pengguna obat terlarang/NAPZA. Sekarang saatnya pemerintah dan masyarakat Indonesia harus bekerja sama memerangi masalah masalah ini serta menccegah sedini mungkin melalui pendidikan. Oleh karena itu Presiden menunjuk Kemdikbud sebagai kementerian yang mengetuai Subgugus Tugas TPPO. Kemdikbud merupakan kementerian yang ditunjuk Presiden sebagai Ketua Subgugus Tugas TPPO. Faktor utama penyebab tindak perdagangan orang adalah kemiskinan. Karena kesulitan hidup, mereka tergiur untuk bekerja di luar negeri. Akhirnya terjebak dalam kasus perdagangan orang. Selain itu, faktor rendahnya pendidikan dan hubungan keluarga yang tidak harmonis turut menambah deretan kasus tindak perdagangan orang.

Untuk mencegah perdagangan orang, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat telah menjalankan sejumlah program. Antara lain memberikan bekal keterampilan dan kecakapan hidup kepada masyarakat di wilayah yang rentan. Program ini diharapkan dapat menekan angka kemiskinan. Sehingga masyarakat tidak terjebak tindak perdagangan orang. Selain itu, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat juga aktif mengajak masyarakat untuk menjadi pegiat pencegahan perdagangan orang (trafficking). Pada tanggal 13 November, telah diselenggarakan Sosialisasi Pencegahan perdagangan orang. Kegiatan tersebut dihadiri sekira 80 orang dari berbagai organisasi masyarakat.

Selaku Ketua Subgugus Tugas TPPO, Kemdikbud bertugas melakukan pemetaan kasus, pengembangan model pencegahan, mendidik masyarakat tentang ketahanan keluarga, serta menfasilitasi partisipasi anak dalam pencegahan TPPO. Sejumlah layanan telah dilakukan Kemdikbud untuk mencegah TPPO. Antara lain, menyelenggarakan pendidikan kecakapan hidup yang berorientasi pemberdayaan perempuan dan keluarga.

Program pencegahan perdagangan orang juga diintegrasikan dengan program pendidikan kecakapan keorangtuaan. Ruang lingkup program ini antara lain pendidikan karakter dalam keluarga, pencegahan risiko kematian ibu melahirkan dan bayi, termasuk pendidikan untuk pengelolaan ekonomi keluarga. Sejak tahun 2011 layanan ini telah menjangkau 113 kabupaten / kota. Jumlah ini sudah melebihi target capaian Indikator Kinerja Kunci (IKK) tahun 2012, yaitu
20% dari kabupaten/kota yang ada.

Pelatihan Pendidikan Keorangtuaan
Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal PAUDNI telah menyelenggarakan workshop pendidikan kecakapan keorangtuaan pada tanggal 21 Oktober 2013 hingga 24 Oktober 2013. Kegiatan tersebut di ikuti 90 orang peserta dari sejumlah organisasi masyarakat. Antara lain PKK, Forum Komunikasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan beberapa organisasi perempuan dan keagamaan.

Direktur Jenderal PAUDNI meminta agar pemerintah daerah, dan para lembaga mitra Direktorat Jenderal PAUDNI turut menyelenggarakan program pendidikan kecakapan keorangtuaan. Dirjen menuturkan pentingnya kecakapan keorangtuaan (parenting). Sebab keluarga merupakan pilar terkecil dalam masyarakat, dan orangtua adalah pendidik pertama dan utama bagi pembentukan pribadi dan karakter seseorang.

Oleh sebab itu, setiap orangtua diharapkan mampu mendidik anak sejak dalam kandungan, hingga putra-putri mereka mampu hidup mandiri. “Workshop parenting ini kami selenggarakan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan peserta tentang pendidikan kecakapan keorangtuaan,” ucapnya. Selain itu, pada kegiatan yang diselenggarakan di Bandung tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat juga menyosialisasikan sejumlah panduan parenting, berupa brosur, leaflet, dan poster hasil kerja sama dengan UNESCO Jakarta. Pada pelatihan tersebut, panitia juga membekali para peserta dengan pelatihan mengajar (micro teaching). Sebanyak  100 orang ibu rumah tangga dan kader posyandu dari Bandung dan Sumedang berlatih mengajar pendidikan keorangtuaan.

Mereka yang dibagi dalam tiga kelas mengajar dengan berbagai metode, dan media pembelajaran yang dibuat sendiri. Ada yang menggunakan powerpoint, gambar, drama, lagu, dan media  pembelajaran lainnya. Julaekha, peserta yang berusia paling lanjut menilai kegiatan tersebut sangat bermanfaat. Wanita 73 tahun asal Gorontalo tersebut berharap pengetahuan yang ia peroleh tentang pendidikan keorangtuaan dapat ditularkan kepada masyarakat di daerahnya. “Banyak ilmu
dan informasi yang saya peroleh untuk bekal melakukan pendampingan terhadap
masyarakat,” ucapnya.

Pada workshop tersebut, panitia memperkaya wawasan peserta dengan sejumlah materi. Antara lain Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan Keorangtuaan di Masyarakat oleh Dr.Elih Sudia Permana, Pengajar Universitas Pendidikan Indonesia. Pola Asuh Anak dengan Gizi dan Jajanan Sehat oleh Prof. Sudarto, Guru Besar Universitas Indonesia. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini oleh Dr.Uum Suminar, M.Pd, dari Pusat Pengembangan PAUDNI Regional Bandung, dan Pencegahan
Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Eksploitasi Anak oleh Ninik Srirahayu dari Komisi Nasional Perempuan.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia