Perkataan negatif seperti "Kamu bodoh banget sih." Atau, "Dasar malas." "Gak pernah beres kalau disuruh,"
dan seterusnya, bisa berbahaya buat anak. Padahal itu sering terjadi.
Bahkan sebagai orangtua, mungkin Anda tak sadar telah sering
mengatakannya.
Konsep diri sejak sekolah dasar
Persepsi
anak terhadap dirinya disebut konsep diri. Ini sangat penting karena
mempengaruhi diri anak. Itu sebabnya, orangtua harus menanamkan konsep
diri positif pada anaknya.
"Caranya dengan memuji anak, cantik,
bersih, pintar, atau dengan memotivasi anak bahwa ia bisa, dan ini harus
dilakukan di usia sedini mungkin." ditegaskan psikolog DR. Reni Akbar
Hawadi dalam tulisannya di tabloid Ibu & anak.
Tetapi, meski
harus dikenalkan sedini mungkin, umumnya anak belum "menangkap",
memahami anggapan tersebut. Baru, saat anak memasuki sekolah dasar,
setelah berinteraksi dengan orang lain, kesadaran ini muncul. Kata-kata
maupun anggapan orang lain 'menyadarkannya'.
Karena di usia
sekolah anak sudah mulai menangkap inilahi, lingkungan terdekatnya harus
hati-hati berucap. Jangan sembarang berkata pada anak, "Bodoh amat
sih. PR cuma begini aja salah terus, payah!" "Malas sih, maunya lihat TV
terus, bagaimana mau pintar seperti teman-temanmu." Atau, "Begitu saja takut. Masa anak laki-laki penakut, itu namanya pengecut."
Wah
ternyata perkataan ini sanat berbahaya, akan mempengaruhi rasa percaya
diri dan harga diri anak. "Itu karena label negatif terinternalisasi,
membentuk persepsi bahwa dirinya' demikian, artinya anak tak merasa
berharga atau percaya diri bahwa sebenarnya ia, pintar tak seperti
dikatakan orang lain."
Yang membentuk konsep diri ini menurut Reni adalah siginificant other,
yakni orang-orang yang dianggap penting seperti ayah ibunya atau siapa
yang mengasuh dan merawatnya, gurunya, dan sahabat dekatnya.
Siginificant other
ini sangat berpengaruh, Iho. Kalau hanya teman sebaya saja anak
biasanya nggak perduli. Coba kalau yang bilang lu tolol sahabat anak
sendiri atau gurunya atau Anda, anak bisa down."
Orangtua tetap harus jujur
Meski
menanamkan konsep diri positif adalah keharusan, tapi bila kenyataannya
si kecil mungkin `kurang,' sehingga gurunya pemah menganggapnya bodoh.
Dalam kondisi inii, Anda pun harus jujur.
Konsep diri itu,
seperti cermin yang dibentuk oleh dua belah pihak. Bila yang bercermin
elok, elok pula bayangannya. Jika sedang jelek, akan menampilkan yang
jelek pula. Jelaskan pada anak tapi jangan dipertajam, "Ya memang kamu bodoh sih, makanya belajar, belajar,"
Itu namanya menguatkan anggapan bahwa ia bodoh. Percayalah kalau anak
diluruskan, dikasih tahu untuk memperbaiki pasti bayangan cerminnya
bagus lagi.
Konsep itu akan terbentuk bila berulangkali dikatakan
pada anak. Karena itu, bila anak mendapat label buruk, Anda harus
mengkonternya dengan label positif. Memotivasi anak adalah salah
satunya. Bila anak mengadu dibilang bodoh oleh gurunya, perbaiki dengan
motivasi.
"Memang nilai-nilaimu turun ya. Berarti kamu harus
lebih giat belajar agar guru atau temanmu tak berkata demikian lagi.
Kalau kamu belajar mama yakin nilaimu akan baik lagi."
Apa yang harus dilakukan?
Anda
harus campur tangan membantunya. Tentu saja yang harus dilakukan adalah
sedikit demi sedikit menanamkan kembali konsep diri positif anak.
1. Pujian yang Konsisten
Dengan
memberinya pujian yang konsisten dan saat itu juga. Kapan pun anak
melakukan atau menunjukkan hal baik, puji saat itu juga. Selain itu,
sangat baik, bila untuk kebaikan-kebaikan tertentu seperti nilai
pelajarannya bagus, Anda memberinya hadiah kecil.
2. Abaikan perilaku negatifnya
Bila
anak over perilakunya, jangan terburu-buru langsung menyalahkannya
dengan fatal. "Kamu sih selalu saja nggak bener, sama sekali tidak bisa
diharapkan." tetapi beri anak kesempatan untuk memperbaikinya.
3. Beri solusi
Memberi
jalan keluar dari kesalahannya atau dari masalahnya, bisa membantu anak
meningkatkan konsep diri positif, "aku bisa benar juga kok."
4. Tingkatkan skill anak
Skill
atau penguasaan anak dengan kemampuan tertentu, sangat membantu
membentuk dan mengembalikan citra diri anak. Anak yang pandai musik,
tari, atau jago olahraga, pastilah akan memiliki kepercayaan diri yang
tinggi. "Aku menguasai ini, temanku tidak, jadi aku lebih baik di bidang
ini, aku punya kemampuan."
Sumber: https://www.jawaban.com/read/article/id/2005/12/13/93/071213170822/jahkan_anak_dari_perkataan_negatif
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
-
Bukti bahwa kita mencintai Sang Khalik adalah dengan menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. "Jika kamu menc...
-
Periode emas merupakan periode yang sangat vital atau sesuatu yang sangat penting di dalam suatu siklus. Periode emas pada anak yaitu ma...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)