Jumat, 14 September 2018

Jauhkan Anak dari Perkataan Negatif

Perkataan negatif seperti "Kamu bodoh banget sih." Atau, "Dasar malas." "Gak pernah beres kalau disuruh," dan seterusnya, bisa berbahaya buat anak. Padahal itu sering terjadi. Bahkan sebagai orangtua, mungkin Anda tak sadar telah sering mengatakannya.

Konsep diri sejak sekolah dasar
Persepsi anak terhadap dirinya disebut konsep diri. Ini sangat penting karena mempengaruhi diri anak. Itu sebabnya, orangtua harus menanamkan konsep diri positif pada anaknya.

"Caranya dengan memuji anak, cantik, bersih, pintar, atau dengan memotivasi anak bahwa ia bisa, dan ini harus dilakukan di usia sedini mungkin." ditegaskan psikolog DR. Reni Akbar Hawadi dalam tulisannya di tabloid Ibu & anak.

Tetapi, meski harus dikenalkan sedini mungkin, umumnya anak belum "menangkap", memahami anggapan tersebut. Baru, saat anak memasuki sekolah dasar, setelah berinteraksi dengan orang lain, kesadaran ini muncul. Kata-kata maupun anggapan orang lain 'menyadarkannya'.

Karena di usia sekolah anak sudah mulai menangkap inilahi, lingkungan terdekatnya harus hati-hati berucap. Jangan sembarang berkata pada anak, "Bodoh amat sih. PR cuma begini aja salah terus, payah!" "Malas sih, maunya lihat TV terus, bagaimana mau pintar seperti teman-temanmu." Atau, "Begitu saja takut. Masa anak laki-laki penakut, itu namanya pengecut."

Wah ternyata perkataan ini sanat berbahaya, akan mempengaruhi rasa percaya diri dan harga diri anak. "Itu karena label negatif terinternalisasi, membentuk persepsi bahwa dirinya' demikian, artinya anak tak merasa berharga atau percaya diri bahwa sebenarnya ia, pintar tak seperti dikatakan orang lain."

Yang membentuk konsep diri ini menurut Reni adalah siginificant other, yakni orang-orang yang dianggap penting seperti ayah ibunya atau siapa yang mengasuh dan merawatnya, gurunya, dan sahabat dekatnya.

Siginificant other ini sangat berpengaruh, Iho. Kalau hanya teman sebaya saja anak biasanya nggak perduli. Coba kalau yang bilang lu tolol sahabat anak sendiri atau gurunya atau Anda, anak bisa down."

Orangtua tetap harus jujur
Meski menanamkan konsep diri positif adalah keharusan, tapi bila kenyataannya si kecil mungkin `kurang,' sehingga gurunya pemah menganggapnya bodoh. Dalam kondisi inii, Anda pun harus jujur.

Konsep diri itu, seperti cermin yang dibentuk oleh dua belah pihak. Bila yang bercermin elok, elok pula bayangannya. Jika sedang jelek, akan menampilkan yang jelek pula. Jelaskan pada anak tapi jangan dipertajam, "Ya memang kamu bodoh sih, makanya belajar, belajar," Itu namanya menguatkan anggapan bahwa ia bodoh. Percayalah kalau anak diluruskan, dikasih tahu untuk memperbaiki pasti bayangan cerminnya bagus lagi.

Konsep itu akan terbentuk bila berulangkali dikatakan pada anak. Karena itu, bila anak mendapat label buruk, Anda harus mengkonternya dengan label positif. Memotivasi anak adalah salah satunya. Bila anak mengadu dibilang bodoh oleh gurunya, perbaiki dengan motivasi.

"Memang nilai-nilaimu turun ya. Berarti kamu harus lebih giat belajar agar guru atau temanmu tak berkata demikian lagi. Kalau kamu belajar mama yakin nilaimu akan baik lagi."

Apa yang harus dilakukan?
Anda harus campur tangan membantunya. Tentu saja yang harus dilakukan adalah sedikit demi sedikit menanamkan kembali konsep diri positif anak.

1. Pujian yang Konsisten
Dengan memberinya pujian yang konsisten dan saat itu juga. Kapan pun anak melakukan atau menunjukkan hal baik, puji saat itu juga. Selain itu, sangat baik, bila untuk kebaikan-kebaikan tertentu seperti nilai pelajarannya bagus, Anda memberinya hadiah kecil.

2. Abaikan perilaku negatifnya
Bila anak over perilakunya, jangan terburu-buru langsung menyalahkannya dengan fatal. "Kamu sih selalu saja nggak bener, sama sekali tidak bisa diharapkan." tetapi beri anak kesempatan untuk memperbaikinya.

3. Beri solusi
Memberi jalan keluar dari kesalahannya atau dari masalahnya, bisa membantu anak meningkatkan konsep diri positif, "aku bisa benar juga kok."

4. Tingkatkan skill anak
Skill atau penguasaan anak dengan kemampuan tertentu, sangat membantu membentuk dan mengembalikan citra diri anak. Anak yang pandai musik, tari, atau jago olahraga, pastilah akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. "Aku menguasai ini, temanku tidak, jadi aku lebih baik di bidang ini, aku punya kemampuan." 


Sumber:  https://www.jawaban.com/read/article/id/2005/12/13/93/071213170822/jahkan_anak_dari_perkataan_negatif

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia