Untuk mengetahui bakat anak merupakan langkah awal dalam mempersiapkan 
masa depan mereka. Selanjutnya, ciptakan lingkungan yang bisa 
menciptakan komitmen dan kreativitas.
ADA banyak cara yang bisa 
dilakukan orang tua untuk mengetahui bakat anak. Bisa melalui 
pengamatan, bisa juga meminta bantuan ahli dan kecanggihan teknologi. 
Persoalannya, apakah cukup hanya dengan mengetahui bakat anak?
Pakar 
keberbakatan yang juga Kepala Pusat Kajian Keberbakatan Fakultas 
Psikologi Universitas Indonesia (UI) Reni Akbar Hawadi menegaskan tak 
cukup. Ada faktor lain yang harus diperhatikan. Antara lain, bagaimana 
menumbuhkan komitmen dan kreativitas anak, juga penciptaan faktor 
lingkungan yang cocok sebagai 'pemicu'.
Reni yang juga ketua Induk 
Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI) mencontohkan, jika seorang 
anak menunjukkan bakat di bidang musik, harus diikuti dengan disiplin 
belajar. Bukan hanya di tempat kursus, tapi juga di rumah. Komitmen bisa
 ditunjukkan dan diciptakan lewat keinginan menghadiri konser musik. 
Sementara itu, kreativitas mengacu pada kemandirian hingga rasa ingin 
tahu perihal bakat mereka. Namun, itu saja tidak cukup. Untuk mencuatkan
 komitmen dan kreativitas upayakan agar ada titik temu antara lingkungan
 dan bakat individu.
Terlepas dari itu, berikut beberapa tes bakat yang bisa diikuti.
Sidik jari
Dengan
 mengikutsertakan Tawfi Ramadhan, 5, dalam tes bakat, dirasa Nurmey 
Nurul, 31, sebagai langkah tepat. Hasil tes ternyata sesuai dengan 
pengamatannya selama ini.
Setengah tahun lalu Nurmey, yang juga 
berprofesi sebagai psikolog, memutuskan mengikutsertakan anaknya dalam 
program tes sidik jari di DMI Primagama Yogyakarta. Hasilnya 
menunjukkan, empat area dominan dari potensi Tawfi, yakni intrapersonal,
 musikal, kinestetik jasmani, dan logika matematika.
Itu berarti 
proses belajar anak intra cenderung nyaman di lingkungan yang tidak 
terlalu besar dan banyak orang. Mereka juga membutuhkan latihan untuk 
memahami secara objektif apa yang mereka inginkan.
"Sebenarnya, sudah
 sejak setahun lalu Tawfi ingin main drum. Dengan hasil tes seperti itu 
saya mulai memfasilitasi dengan keyboard dan mengajaknya ke tempat 
kursus," jelas Nurmey yang juga konsultan psikolog DMI Primagama ketika 
dihubungi Media Indonesia.
Secara umum Nurmey menyatakan adanya tiga 
fase deteksi potensi diri anak. Ketiga fase itu ialah experience atau 
pengamatan orang tua, tes tertulis atau psikotes, dan bantuan teknologi.
Tentunya
 ketiga fase itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk 
teknologi deteksi bakat dengan sidik jari (finger print), menurut Nurmey
 terdapat kelebihan tersendiri. "Tes itu tidak dipengaruhi kondisi 
psikologi anak. Bahkan saat tidur pun bisa dilakukan," katanya.
Konsultan
 senior PT Duta Pelita Insani (dPi) Consulting Adhia Resvita menekankan 
hal yang sama. "Tes jenis ini bebas stimulus dari lingkungan. Setiap 
jari mewakili salah satu karakter manusia. Ibu jari, misalnya, 
mencerminkan bagaimana kita mengambil keputusan. Berbeda dengan jari 
telunjuk yang berkaitan dengan proses berpikir, sedangkan jari tengah 
dengan kinestetik atau gerakan tubuh. Jari manis terkait dengan 
pendengaran dan jari kelingking berhubungan dengan visual."
 
Tes sidik
 jari dilakukan dengan cara sederhana. Pertama, telapak tangan difoto 
terlebih dahulu, kemudian berlanjut dengan mengambil 10 sidik jari, baik
 tangan kanan maupun kiri dari tiga sisi, yaitu permukaan, kanan, dan 
kiri tiap jari.
Untuk proses pemindaian (scanning) hanya berlangsung 
sekitar 10 sampai 15 menit. Setelah itu kita harus menunggu 3 sampai 7 
hari untuk mendapatkan penjelasan dari konsultan. Biaya yang harus 
dikeluarkan berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta. "Tes itu hanya
 perlu dilakukan sekali seumur hidup karena sidik jari seseorang tidak 
akan berubah," terang Adhia.
 
Dari sisi akurasi, Adhia mengklaim 
tingkat keakuratan bisa mencapai 95%. Yang perlu diingat, setelah 
mengetahui arah bakat anak, Nurmey menyarankan, perlu konsultasi dengan 
psikolog serta dukungan orang tua.
 
Sejak memperkenalkan teknologi tes
 sidik jari pada Mei 2008, DMI Primagama telah melayani tidak kurang 
dari 6 ribu orang di seluruh Indonesia. Untuk mengikuti tes di DMI 
Primagama yang tersebar di 92 kota di Indonesia, biayanya sekitar Rp500 
ribu untuk siswa Primagama dan Rp1,5 juta untuk siswa non-Primagama.
Tulisan tangan
Tes
 sidik jari hanya satu dari sekian banyak tes bakat yang bisa diikuti. 
Cara lain melalui analisa tulisan tangan atau disebut graphology, ilmu 
yang mempelajari karakter seseorang berdasarkan tulisan tangannya.
Menurut
 Graphologist Angela Teressia, tulisan tangan merupakan proyeksi dari 
alam bawah sadar seseorang. Bawah sadar merupakan hasil pembelajaran 
selama pengalaman hidupnya.
 
Ia menambahkan, setiap kali seseorang 
menulis, pikiran sadar (conscious mind) akan digunakan untuk memikirkan 
konten dari tulisannya. Sementara itu, pikiran bawah sadar (subconscious
 mind) menuntun kita menuliskan huruf-huruf secara spontan.
 
Ia 
mencontohkan, meski sejak kecil semua anak belajar cara menulis yang 
sama, tapi dalam perkembangannya setiap anak memiliki keunikan 
tersendiri. "Bila tulisan diri sendiri disatukan dengan tulisan 100 
orang lain, tetap bisa dikenali tulisan diri sendiri. Keunikan itulah 
yang membedakan satu orang dengan lainnya, termasuk bakat," jelas 
certified trainer dan certified master handwriting analyst dari 
International School of Handwriting Analysis, Amerika Serikat, itu.
 
Menariknya,
 Angela mengaku graphology dapat memberi gambaran karakter seseorang 
yang mungkin belum tampak dalam keseharian karena belum ada pemicu.
 
"Misalnya, potensi ketidakjujuran, agresivitas, dan bakat seseorang," sebutnya.
Untuk
 usia tes, dia menyebut umur ideal adalah 8 tahun. Pasalnya traits 
tulisan tangan anak sudah relatif stabil dan dapat dikembangkan dengan 
lebih cepat serta terarah.
 
Bila hasil analisa tulisan tangan kurang 
bagus, Anda dapat mengikuti Grapho-therapy untuk mengubah karakter yang 
tidak produktif menjadi karakter lain yang lebih baik, seperti rasa 
percaya diri. Sayangnya, terapi itu hanya bisa dilakukan pada anak di 
bawah 13 tahun.
 
Biaya tes bakat dengan analisis tulisan tangan 
berkisar Rp250 ribu per analisis. Harga sudah termasuk konsultasi. 
Analisis tulisan dapat dilakukan di Authentic School of Graphology, Jl 
Kyai Madja No 13, Jakarta Selatan, serta La Nita Care, Jl Setiabudhi 
Building lantai 4, Bandung.
Psikotes
Psikotes juga merupakan 
salah satu cara untuk mencari bakat yang terpendam dalam diri seorang 
anak. Reni menjelaskan, bakat buah hati sebenarnya bisa diidentifikasi 
lewat garis keturunan orang tua. Artinya, bisa bersifat subjektif maupun
 objektif.
 
Subjektif karena menggunakan teknik wawancara, observasi 
orang terdekat, dan pembagian questioner. Objektif karena memanfaatkan 
alat tes yang sudah teruji. "Untuk identifikasi bakat bisa lewat orang 
terdekat. Apakah parent domination atau sebagainya," jelas Reni.
 
Jika
 garis keturunan ibu, misalnya, penulis (visual) lebih dominan, tugas 
orang tua memberi stimulus visual yang lebih intensif. Namun, perlu 
diingat, bukan berarti stimulus nonvisual dihilangkan.
 
Reni 
menambahkan, pemberian stimulus yang paling baik dilakukan mulai usia 6 
bulan. Sebab, katanya, saat itulah fungsi indera harus digunakan 
seoptimal mungkin. 
Sumber: http://ayambakarmaduburama.blogspot.com/2010/02/cara-mencari-tahu-bakat-anak-anda.html
Tulisan Paling Sering Dibaca
- 
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan Pemeri...
- 
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
- 
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan geraka...
- 
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan sekolah merupakan garda terdepan...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)
 

 
 
 
 

0 komentar:
Posting Komentar