Jumat, 14 September 2018

Cara Mencari Tahu Bakat Anak Anda

Untuk mengetahui bakat anak merupakan langkah awal dalam mempersiapkan masa depan mereka. Selanjutnya, ciptakan lingkungan yang bisa menciptakan komitmen dan kreativitas.

ADA banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengetahui bakat anak. Bisa melalui pengamatan, bisa juga meminta bantuan ahli dan kecanggihan teknologi. Persoalannya, apakah cukup hanya dengan mengetahui bakat anak?
Pakar keberbakatan yang juga Kepala Pusat Kajian Keberbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Reni Akbar Hawadi menegaskan tak cukup. Ada faktor lain yang harus diperhatikan. Antara lain, bagaimana menumbuhkan komitmen dan kreativitas anak, juga penciptaan faktor lingkungan yang cocok sebagai 'pemicu'.


Reni yang juga ketua Induk Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI) mencontohkan, jika seorang anak menunjukkan bakat di bidang musik, harus diikuti dengan disiplin belajar. Bukan hanya di tempat kursus, tapi juga di rumah. Komitmen bisa ditunjukkan dan diciptakan lewat keinginan menghadiri konser musik. Sementara itu, kreativitas mengacu pada kemandirian hingga rasa ingin tahu perihal bakat mereka. Namun, itu saja tidak cukup. Untuk mencuatkan komitmen dan kreativitas upayakan agar ada titik temu antara lingkungan dan bakat individu.


Terlepas dari itu, berikut beberapa tes bakat yang bisa diikuti.

Sidik jari
Dengan mengikutsertakan Tawfi Ramadhan, 5, dalam tes bakat, dirasa Nurmey Nurul, 31, sebagai langkah tepat. Hasil tes ternyata sesuai dengan pengamatannya selama ini.


Setengah tahun lalu Nurmey, yang juga berprofesi sebagai psikolog, memutuskan mengikutsertakan anaknya dalam program tes sidik jari di DMI Primagama Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan, empat area dominan dari potensi Tawfi, yakni intrapersonal, musikal, kinestetik jasmani, dan logika matematika.


Itu berarti proses belajar anak intra cenderung nyaman di lingkungan yang tidak terlalu besar dan banyak orang. Mereka juga membutuhkan latihan untuk memahami secara objektif apa yang mereka inginkan.


"Sebenarnya, sudah sejak setahun lalu Tawfi ingin main drum. Dengan hasil tes seperti itu saya mulai memfasilitasi dengan keyboard dan mengajaknya ke tempat kursus," jelas Nurmey yang juga konsultan psikolog DMI Primagama ketika dihubungi Media Indonesia.


Secara umum Nurmey menyatakan adanya tiga fase deteksi potensi diri anak. Ketiga fase itu ialah experience atau pengamatan orang tua, tes tertulis atau psikotes, dan bantuan teknologi.
Tentunya ketiga fase itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk teknologi deteksi bakat dengan sidik jari (finger print), menurut Nurmey terdapat kelebihan tersendiri. "Tes itu tidak dipengaruhi kondisi psikologi anak. Bahkan saat tidur pun bisa dilakukan," katanya.


Konsultan senior PT Duta Pelita Insani (dPi) Consulting Adhia Resvita menekankan hal yang sama. "Tes jenis ini bebas stimulus dari lingkungan. Setiap jari mewakili salah satu karakter manusia. Ibu jari, misalnya, mencerminkan bagaimana kita mengambil keputusan. Berbeda dengan jari telunjuk yang berkaitan dengan proses berpikir, sedangkan jari tengah dengan kinestetik atau gerakan tubuh. Jari manis terkait dengan pendengaran dan jari kelingking berhubungan dengan visual."
 

Tes sidik jari dilakukan dengan cara sederhana. Pertama, telapak tangan difoto terlebih dahulu, kemudian berlanjut dengan mengambil 10 sidik jari, baik tangan kanan maupun kiri dari tiga sisi, yaitu permukaan, kanan, dan kiri tiap jari.
Untuk proses pemindaian (scanning) hanya berlangsung sekitar 10 sampai 15 menit. Setelah itu kita harus menunggu 3 sampai 7 hari untuk mendapatkan penjelasan dari konsultan. Biaya yang harus dikeluarkan berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta. "Tes itu hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup karena sidik jari seseorang tidak akan berubah," terang Adhia.
 

Dari sisi akurasi, Adhia mengklaim tingkat keakuratan bisa mencapai 95%. Yang perlu diingat, setelah mengetahui arah bakat anak, Nurmey menyarankan, perlu konsultasi dengan psikolog serta dukungan orang tua.
 

Sejak memperkenalkan teknologi tes sidik jari pada Mei 2008, DMI Primagama telah melayani tidak kurang dari 6 ribu orang di seluruh Indonesia. Untuk mengikuti tes di DMI Primagama yang tersebar di 92 kota di Indonesia, biayanya sekitar Rp500 ribu untuk siswa Primagama dan Rp1,5 juta untuk siswa non-Primagama.

Tulisan tangan
Tes sidik jari hanya satu dari sekian banyak tes bakat yang bisa diikuti. Cara lain melalui analisa tulisan tangan atau disebut graphology, ilmu yang mempelajari karakter seseorang berdasarkan tulisan tangannya.
Menurut Graphologist Angela Teressia, tulisan tangan merupakan proyeksi dari alam bawah sadar seseorang. Bawah sadar merupakan hasil pembelajaran selama pengalaman hidupnya.
 

Ia menambahkan, setiap kali seseorang menulis, pikiran sadar (conscious mind) akan digunakan untuk memikirkan konten dari tulisannya. Sementara itu, pikiran bawah sadar (subconscious mind) menuntun kita menuliskan huruf-huruf secara spontan.
 

Ia mencontohkan, meski sejak kecil semua anak belajar cara menulis yang sama, tapi dalam perkembangannya setiap anak memiliki keunikan tersendiri. "Bila tulisan diri sendiri disatukan dengan tulisan 100 orang lain, tetap bisa dikenali tulisan diri sendiri. Keunikan itulah yang membedakan satu orang dengan lainnya, termasuk bakat," jelas certified trainer dan certified master handwriting analyst dari International School of Handwriting Analysis, Amerika Serikat, itu.
 

Menariknya, Angela mengaku graphology dapat memberi gambaran karakter seseorang yang mungkin belum tampak dalam keseharian karena belum ada pemicu.
 

"Misalnya, potensi ketidakjujuran, agresivitas, dan bakat seseorang," sebutnya.
Untuk usia tes, dia menyebut umur ideal adalah 8 tahun. Pasalnya traits tulisan tangan anak sudah relatif stabil dan dapat dikembangkan dengan lebih cepat serta terarah.
 

Bila hasil analisa tulisan tangan kurang bagus, Anda dapat mengikuti Grapho-therapy untuk mengubah karakter yang tidak produktif menjadi karakter lain yang lebih baik, seperti rasa percaya diri. Sayangnya, terapi itu hanya bisa dilakukan pada anak di bawah 13 tahun.
 

Biaya tes bakat dengan analisis tulisan tangan berkisar Rp250 ribu per analisis. Harga sudah termasuk konsultasi. Analisis tulisan dapat dilakukan di Authentic School of Graphology, Jl Kyai Madja No 13, Jakarta Selatan, serta La Nita Care, Jl Setiabudhi Building lantai 4, Bandung.

Psikotes
Psikotes juga merupakan salah satu cara untuk mencari bakat yang terpendam dalam diri seorang anak. Reni menjelaskan, bakat buah hati sebenarnya bisa diidentifikasi lewat garis keturunan orang tua. Artinya, bisa bersifat subjektif maupun objektif.
 

Subjektif karena menggunakan teknik wawancara, observasi orang terdekat, dan pembagian questioner. Objektif karena memanfaatkan alat tes yang sudah teruji. "Untuk identifikasi bakat bisa lewat orang terdekat. Apakah parent domination atau sebagainya," jelas Reni.
 

Jika garis keturunan ibu, misalnya, penulis (visual) lebih dominan, tugas orang tua memberi stimulus visual yang lebih intensif. Namun, perlu diingat, bukan berarti stimulus nonvisual dihilangkan.
 

Reni menambahkan, pemberian stimulus yang paling baik dilakukan mulai usia 6 bulan. Sebab, katanya, saat itulah fungsi indera harus digunakan seoptimal mungkin. 

Sumber: http://ayambakarmaduburama.blogspot.com/2010/02/cara-mencari-tahu-bakat-anak-anda.html

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia