Minggu, 12 Agustus 2018

Pendidikan Perlu Diversifikasi

DEPOK --Sistem pendidikan nasional Indonesia dinilai belum memperhatikan masalah perbedaan kemampuan pada anak didik. Akibatnya daya saing individu di dunia kerja amat rendah.

Hal tersebut diungkapkan guru besar bidang pendidikan psikologi Universitas Indonesia Reni Akbar Hawadi saat pengukuhannya di Balai Sidang UI, Depok, Rabu (1/7). ‘’Sistem pendidikan nasional di Indonesia yang belum optimal dalam memperhatikan masalah individual differences,” terangnya.

Kepala Pusat Pusat Kajian Keberbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini pun merekomendasikan agar pemerintah melakukan diversifikasi jenis pendidikan taraf mulai dari jenjang SMP.

Pasalnya, ketidaktepatan antara jenis sekolah dengan kemampuan umum (kecerdasan intelektual) peserta didik turut berkontribusi pada meningkatnya pengangguran, daya saing serta indeks pertumbuhan manusia Indonesia yang rendah.

Kondisi ini terlihat dari tingkat kecerdasan intelektual anak yang beragam. Tidak semua murid SD,lanjut Reni, memiliki kecerdasan intelektual memadai untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Untuk itu diperlukan sekolah setaraf SMP untuk menampung peserta didik dengan IQ berkisar 70-89. Kelompok IQ tersebut (tergolong sebagai anak lamban belajar atau slow learner ), perlu diberikan “ruang” khusus agar tetap menjaga kepercayaan dan harga diri mereka.

Nantinya anak-anak yang dicap slow learner tersebut tetap memiliki masa depan yang cerah, asalkan mereka bersekolah dan bekerja dalam bidang yang sesuai kemampuan mereka. Bagi murid SMP yang memiliki kecerdasan rata-rata disarankan agar tidak melanjutkan ke SMA, tetapi ke SMK sesuai kemampuan, bakat dan minat mereka.

‘’Untuk itu perlu didorong pengembangan ragam SMK sesuai tuntutan dunia kerja. Setamat SMK siswa dapat melanjutkan ke program vokasional dan spesialis,”imbuh Reni.

Sedangkan murid SD yang dengan kecerdasan tinggi diarahkan untuk terus melanjutkan ke SMP, SMA dan Universitas. Khusus mereka dengan klasifikasi highly gifted (IQ di atas 145), disarankan untuk dididik khusus dan diberi beasiswa untuk mengembangkan diri dalam bidang-bidang yang relevan dan signifikan seperti bidang teknologi informasi (Information Technology), Teknologi Material (Materials Technology), Genetika (Genetics) dan Teknologi Energi (Energy Technology) dan Lingkungan (Environmentalism). c84/ahi

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia