JAKARTA: Berbagai pihak diminta mendorong pengajaran keaksaraan
berdasarkan bahasa ibu dengan memanfaatkan teknologi, informasi dan
komunikasi.
"Keaksaraan yang dikembangkan tidak hanya memampukan
baca tulis semata, tetapi mampu mengembangkan budaya dan ekonomi,"kata
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim, Rabu
(1/11/2012).
Berbicara saat membuka seminar Keaksaraan
Internasional Berbasis Bahasa Ibu dan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), Musliar mengatakan dalam hal Bahasa Ibu, semua pihak bertugas
untuk mempertahankan,melestarikan, dan menghargai kebhinekaan yang ada
dan pada saat yang sama mengupayakan pencapaian tujuan bersama pada
kemajuan TIK.
“Keaksaraan berperan penting untuk meningkatkan
kualitas bangsa, juga memajukan peradaban bangsa. Tidak ada kemampuan
yang mendasar dari keaksaraan selain kemampuan membaca,menulis dan
berhitung (calistung) untuk bertahan di dunia global. Sebab itu,
bahasa ibu dan TIK menjadi penting bagi keaksaraan orang dewasa," tegas
Musliar.
Seminar empat hari dari 31 Oktober- 4 November 2012 ini
diikuti sedikitnya 200 peserta dari Indonesia dan negara E-9,yaitu
Bangladesh,Brazil, Cina, Mesir, India,Meksiko,Nigeria dan Pakistan serta
negara Asean serta hadir pula Menteri Pendidikan Timor Lest, Bendito do
Santos Freitas.
Tema seminar ini cukup terkait dengan peningkatan
pendidikan di Timor Leste karena itu sejak 29 Oktober Bendito dos
Santos Freitas telah tiba di Jakarta bergabung dengan tim nara sumber
dan mengamati contoh pendidikan pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan di Taman Bacaan Blok M dan Rumah Pintar Cikeas.
Dirjen
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal
(PAUDNI) Kemdikbud.Lydia Freyani Hawadi sebagai penyelenggara kegiatan
seminar internasional ini mengatakan tema yang diambil agar RI memiliki
strategi lain untuk menekan ketuna aksaraan.
“Bagaimana caranya
masyarakat bisa cakap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional melalui pembelajaran dengan Bahasa Ibu sebagai bahasa pertama
yang diterimanya di lingkungan rumah. Kita juga ingin orang bisa belajar
Bahasa Ibu melalui internet karena masyarakat Indonesia kini menempati
rangking empat di dunia sebagai pengguna internet maupun twitter,”
ungkapnya.
Tujuan meningkatkan Keaksaraan Berbasis Bahasa Ibu dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini juga untuk berbagi praktik
dan pengalaman terbaik antarnegara peserta tentang pembelajaran berbasis
bahasa ibu dan TIK, mengembangkan jejaring dan kemitraan antarnegara
dalam meningkatkan budaya baca, serta menformulasikan rencana aksi dan
komitmen negara peserta dalam meningkatkan budaya baca berbasis bahasa
ibu dan TIK.
Untuk melestarikan Bahasa Ibu di suatu daerah,
ujar Lydia Freyani Hawadi, perlu ada Peraturan daerah yang mengatur
agar sekolah-sekolah dan berbagai pihak mengajarkannya pada generasi
penerusnya sebab melestarikan Bahasa Ibu berarti juga melestarikan
budaya.
“Di era otonomi daerah, maka tanggungjawab pendidikan
mulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi ada di Pemda. Jadi hidup
matinya 748 bahasa daerah yang dimiliki negri ini sepenuhnya
tergantung kepedulian Pemda untuk mengganggarkan dana untuk peningkatan
penggunaan Bahasa Ibu, bagaimana sistem kurikulumnya, pengadaan bahan
ajarnya dan lain-lain,” tegasnya.
Sejauh ini pihaknya baru
mengetahui Jawa Barat yang sudah memiliki Perda mengenai Bahasa Ibu
sehingga di sekolah-sekolah di wilayah ini mengajarkan bahasa Sunda
sebagai Bahasa Ibu kepada anak didik.
Pembicara seminar
diantaranya pakar General Education Quality Analysis Framework (GEQAF),
Aliou Boly, dari UNESCO Paris, akan mengupas status keaksaraan dunia
saat ini untuk mencapai target keaksaraan tahun 2015. Ulrike Hanemann
dan Christine Glanz dari UNESCO Institute for Lifelong Learning
masing-masing akan membedah cara mengukur kompetensi pembelajaran orang
dewasa.
Christine Glanz dari UNESCO Institute for Lifelong
Learning akan membahas Keaksaraan Orang Dewasa dalam Konteks
Multibahasa, sehingga dapat dijadikan sebagai wawasan pengembangan bagi
sasaran yang perlu meningkatkan keaksaraan melalui bahasa ibu.
Narasumber
Indonesia yang berbicara pada seminar keaksaraan ini a.l Lydia Freyani
Hawadi, Arief Rahman, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk
UNESCO dan Ella Yulaelawati Rumindasari, Direktur Pembinaan Pendidikan
Masyarakat Kemendikbud. (bas)
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Oleh: Dr. Pudji Astuty, S.E.,M.M | Ketua Program Magister Manajemen Universitas Borobudur Kala tahun 1995 Pascasarjana Magister Manajemen...
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
-
Periode emas merupakan periode yang sangat vital atau sesuatu yang sangat penting di dalam suatu siklus. Periode emas pada anak yaitu ma...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)