JAKARTA -- Sistem pendidikan di Indonesia belum optimal dalam
memperhatikan masalah individual differences pada peserta didik.
Akibatnya, pendidikan yang diterima peserta didik dirasakan tidak sesuai
dengan kebutuhan inividu sehingga berujung pada rendahnya daya saing
individu di dunia kerja. Ketidaktepatan antara jenis sekolah dengan
kemampuan umum (kecerdasan intelektual) peserta didik turut
berkontribusi pada meningkatnya pengangguran, daya saing, serta indeks
pertumbuhan manusia Indonesia yang rendah.
Penilaian itu dikemukakan oleh Kepala Pusat Pusat Kajian Keberbakatan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Reni Akbar Hawadi
dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Psikologi
Pendidikan UI di Jakarta, Rabu (1/7). Perempuan yang pernah menjadi
Konsultan Psikologi Bidang Pendidikan Anak Berbakat dan Berkemampuan
Luar Biasa ini menyampaikan pidato pengukuhan berjudul 'Membangun Peran
Psikolog dalam Pendidikan Nasional'.
Dalam pidato
pengukuhannya, Reni Akbar merekomendasikan agar pemerintah melakukan
diversifikasi jenis pendidikan taraf mulai dari jenjang SMP, mengingat
tidak semua murid SD memiliki kecerdasan intelektual memadai untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP. Karena itu, diperlukan sekolah setaraf
SMP untuk menampung peserta didik dengan IQ berkisar 70-89. "Kelompok IQ
tersebut (tergolong sebagai anak lamban belajar atau slow learner ),
perlu diberikan ruang khusus agar tetap menjaga kepercayaan dan harga
diri mereka," tuturnya.
Pada prinsipnya, kata mantan Dewan
Redaksi Majalah Perkawinan dan Keluarga ini, slow learner tersebut
tetap memiliki masa depan yang cerah asalkan bersekolah dan bekerja
dalam bidang yang sesuai kemampuan mereka. Bagi murid SMP yang memiliki
kecerdasan rata-rata, Reni menyarankan agar tidak melanjutkan ke SMA,
tetapi ke SMK sesuai kemampuan, bakat, dan minatnya. Untuk itu perlu
didorong pengembangan ragam SMK sesuai tuntutan dunia kerja. Setamat SMK
siswa dapat melanjutkan ke program vokasional dan spesialis.
Bagi
murid SD yang dengan kecerdasan tinggi, menurut dia, diarahkan untuk
terus melanjutkan ke SMP, SMA, dan universitas. Khusus mereka dengan
klasifikasi highly gifted (IQ diatas 145), disarankan dididik khusus dan
diberi beasiswa untuk mengembangkan diri dalam bidang-bidang yang
relevan dan signifikan bagi perkembangan bangsa dan negara di era
milenium ketiga ini, seperti bidang Teknologi Informasi (Information
Technology), Teknologi Material (Materials Technology), Genetika
(Genetics) dan Teknologi Energi (Energy Technology) dan Lingkungan
(Environmentalism). Mereka inilah yang akan menjadi knowledge worker
bangsa Indonesia di masa depan.
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/09/07/02/59622-sistem-pendidikan-belum-optimal
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
-
Menghadiri Halal bi Halal Fakultas bagi saya penuh kegembiraan krn bs jumpa dengan para guru/senior yang telah pensiun. Nah salah satu ...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)