Senin, 09 April 2018

Mengenalkan dan Mengembangkan Sikap Mandiri Anak Sejak Dini

Lydia Freyani Hawadi 
Guru Besar Universitas Indonesia 
Disampaikan dalam acara Milad Sayidah Fatimah Az Zahra, diselenggarakan oleh Pimpinan Nasional Muslimah Ahlulbait Indonesia pada hari Sabtu, tanggal 1 April 2017 di Jakarta. 

Who. Kedudukan ibu di dalam keluarga sangat istimewa. Ibu adalah pendidik pertama dan utama anak. Siapa yang bertanggung jawab atas kemandirian pada anak? Ibu. Contoh: Perilaku Khalif, usia 5 tahun, yang langsung mandi sendiri pada sore hari sesaat setelah ibunya sholat. Kemandirian Khalif adalah hasil sosialisasi ibu. Hasil harapan (expectation) Ibu. 

Kemandirian adalah hasil sosialisasi dari interaksi anak dengan significant others (ibu, ayah, nenek, kakek, bibi, paman,guru)secara terus menerus dan merupakan hasil komunikasi emosional significant contexts, dan hasil berbagai bentukan kelompok-kelompok sosial disekitar anak. 

What. Mandiri atau dalam bahasa Inggris disebut Independent. Di dalam literatur Psikologi adalah salah satu ciri kreativitas. Bersikap mandiri berarti melakukan aktivitas atas kehendak sendiri, kemauan sendiri, inisiatif sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian berarti melakukan segala sesuatu bukan atas suruhan, bukan dari perintah di luar dirinya. Semata-mata mengacu pada apa yang dilakukan berasal atas kendali dalam dirinya. Kegiatan yang dilakukannya digerakkan dari faktor dalam dirinya sendiri. 

Khalif mengetahui bahwa dalam satu hari ia akan dua kali mandi yaitu pagi dan sore. Adzan menjadi sign untuk Khalif mandi. Usai sholat, biasanya Ibu akan memandikan Khalif. Kebiasaan Ibu memandikan Khalif usai sholat Ashar melekat dibenak Khalif. Saat Khalif berusia 5 tahun, duduk di TK B ia sudah tidak perlu lagi menunggu Ibu untuk memandikannya. Begitu Ibu selesai sholat Ashar, pertanda Khalif harus sudah stop bermain game. Khalif akan meninggalkan aktivitas bermainnya dan bergegas mandi. Ia membuka baju, meletakkan baju kotornya di keranjang, mandi, sikat gigi, memakai bedak ke badannya, memakai pakaian dalam dan luar, menyisir rambutnya serta menggantungkan kembali handuk ketempatnya. Itu semua urutan kegiatan mandi sendiri Khalif sesuai yang ia peroleh dari Ibu. 

Where. Pada saat lahir setiap anak berada dalam sistem lingkaran lingkungan kecil pertamanya yaitu keluarga (micro system). Namun sekaligus ia akan berada dalam sistem yang melibatkannya berinteraksi dengan orang lain (messo system). Disinilah sesungguhnya proses sosialisasi yang lebih besar akan diperoleh anak. Dan tuntutan harapan kemandirian semakin membesar. Seiring dengan kematangan anak, maka terjadi perubahan harapan dari orangtua terhadap perilaku anak. Bagaimana anak menginternalisasikan sikap-sikap ayah bundanya. Bagaimana ia memasukkan harapan-harapan orangtua dan significant adult kedalam perilakunya. Keluarga pemeran utama sosialisasi pada anak. Disinilah untuk pertama kalinya seorang anak mengetahui banyak hal termasuk sikap mandiri. 

When. Salah satu issue dalam studi perkembangan anak menyangkut nature dan nukhrture, continuity dan discontinuity,serta early dan later experience. Nature merujuk pada pengaruh biologis seseorang, sedang nurture ke pengalaman lingkungan. Keduanya berpengaruh sama pentingnya. Kemandirian anak hasil interaksi dari nature (predisposisi yang dibawa oleh gen) dan hasil suatu proses belajar (nurture) baik dari keluarga, teman sebaya, sekolah, komunitas, media dan budaya. Kemandirian merujuk pada perubahan yang gradual, kontinu, dan diskontinu. Kemandirian merupakan pengalaman yang diberikan sejak dini (early experience) dan bukan kemudian (later experience). Saat Khalif masih berusia kurang dari 5 tahun, ia masih membutuhkan bantuan orang lain untuk mandi. Dengan bertambahnya umur, seorang ia dituntut untuk mandiri. Kemandirian Khalif juga hasil dari kematangan (maturity) dirinya. 

Mengapa Mandiri. Seseorang yang mandiri, berarti merujuk pada kebutuhan untuk mandiri (need of autonomy). Kebutuhan untuk mandiri muncul karena adanya arahan diri (self-determination) untuk mencapai tujuan tertentu (goal). Mencapai tujuan tertentu akan diikuti dengan perilaku yang terus menerus meskipun ada rintangan dan hambatan (persistence). Dan keberhasilan mencapai goal ini merupakan prestasi, achivement individu. Jadi mandiri adalah wahana untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan individu akan memberikan rasa puas. Dan pada gilirannya akan membentuk harga diri (self-esteem) dan konsep diri (self-concept) nya. 

Contoh, Mireya berusia 10 bulan. Setiap kali makan, selalu mau melakukannya sendiri. Ia berusaha menyendok makanan, memasukkan makanan ke mulutnya. Tanpa mau dibantu. Memasukkan makananan dengan sendok yang dilakukan sendiri ini merupakan keberhasilan Mireya. Amam membiarkan Mireya melakukan makan sendiri. Amam mengabaikan remah-remah, ataupun makanan yang berjatuhan. Membiarkan mulut kecil Mireya blepotan dengan sereal. Semua pembiaran ini demi Mireya agar mampu belajar makan sendiri.Goal nya adalah anak mampu makan sendiri. Pujian berupa tepukan, ciuman manis dari amam atau nenek setiap kali Mireya berhasil menyuapkan makanan kemulutnya membuat ia tambah bersemangat. Dan lambat laun kesuksesan demi kesuksesan dari makan sendiri akan membuat konsep diri Mireya sebagai anak amam yang” pintar” melekat. Mireya anak mandiri. Bagaimana Mandiri. Periode kritis pembentukan sikap mandiri pada anak terjadi pada rentang usia 18 bulan s.d. 36 bulan. Dalam periode ini anak dituntut untuk mandiri, ia harus mampu melakukan apapun secara sendiri sesuai tahap perkembangannya.Kemandirian dalam konteks usia ini adalah mampu melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan rutinitas kesehariannya seperti mampu ke toilet sendiri, makan sendiri, menggosok gigi, menyisir rambut, memakai baju, memakai kaos kaki, mencuci tangan, mencuci piring makan, dst. Keberhasilan anak dalam usia tiga tahun pertama kehidupannya untuk bersikap autonomy memunculkan kelegaan, kebahagiaan, dan kepuasaan. Sebaliknya kegagalan anak dalam fase ini akan membuat anak menjadi malu (shame) dan ragu-ragu (doubt) berada dalam lingkungannya. Kemandirian anak merupakan hasil sosialisasi, yaitu proses dimana individu memperoleh wawasan (knowledge), keterampilan- keterampilan (skills) dan karakter (character) yang membuat mereka mampu berperan secara efektif sebagai anggota keluarga dan masyarakat . Beberapa contoh sosialisasi dari Ibu untuk sikap mandiri seperti dibawah ini : “ Khalif kalau Ibu selesai sholat, Khalif juga selesai main game. Dan Khalif langsung mandi sore ya sayang” “Ayo sayang bantu mama, abis makan kita bawa piringnya ke dapur”. “Cantika, rapihkan lagi mainan kamu nak, masukkan ke dalam boks yang Ibu siapkan itu” “ Ini lemari kamu..ini baju seragam disini....ini rak CD…ini rak dasi, topi, ikat pinggang dan kaos kaki…kamu tinggal ambil ya nduk.. 

Biologis memegang peran utama dalam kontribusi apa yang anak tampilkan dalam perkembangan dirinya, diawali dengan genotip yang terbentuk. Orangtua tidak hanya mewarisi gen-gen pada anak-anaknya namun juga konteks lingkungan. Dengan demikian, ada korelasi kuat antara gen dengan lingkungan anak terhadap hasil perkembangan (developmental outcomes) (Rutter, 2006). Anak diwarisi gen orangtuanya, berarti anak sudah terdisposisi dipengaruhi lingkungan orangtuanya. Ini yang disebut genotype-environment interactions, interaksi passive. Contohnya, seorang anak dilahirkan oleh pasangan orang tua yang independent,anak-anaknya juga akan memiliki gen independent. Orangtua karena genotip dan lingkungannya, maka akan memberikan stimulasi dan aktivitas yang berkaitan. “Prewiring” inilah yang akan memudahkan anak memperoleh keuntungan dari stimulasi. Interaksi Genotype-environment bersifat evocative. Artinya, genotip yang dimiliki anak akan memunculkan, mengeluarkan respons-resposn tertentu dalam lingkungan dimana ia berinteraksi. 

Contoh: Fatimah Az Zahra. Suku Arab yang paling besar adalah suku Quraisy. Ada dua keluarga, bani Ummayah (yang terkaya) dan bani Hasyim (yang paling terhormat). Pemimpinan Bani Hasyim adalah Abdul Muthalib. Ia memiliki empat anak laki-laki yaitu Hamzah, Abu Lahab, Abbas dan Abu Thalib. Dari Keluarga Bani Hasyim ini anaknya Abu Thalib bernama Muhammad yang diharapkan menjadi pembangkit kehormatan dan kemuliaan Bani Hasyim. Dan ia menjadi Nabi Allah, mempunyai kekuasaan dan kebesaran. Sayangnya rantai keluarga Bani Hasyim “dianggap” terputus karena Muhammad tidak memiliki anak laki-laki. Nabi saw memiliki empat anak perempuan, tiga diantaranya meninggal mendahului Nabi. Dan tinggal seorang anak perempuan, yang termuda bernama Fatimah. Fatimah az Zahra adalah putri tercinta Nabi saw, sejak masa kanak-kanaknya dan seterusnya, walaupun usia muda, dapat melaksanakan jihad demi tegaknya Islam dalam masa hidup ayahnya di masa para mujahid pertama Fatimah seorang anak perempuan yang menjadi pemiliki nilai-nilai ayahnya, ahli waris dari semua kehormatan keluarganya. Fatimah seorang gadis menggantikan seorang anak laki-laki sebagai ahli waris dari kejayaan keluarganya, memelihara nilai-nilai kehormatan nenek moyangnya dan melanjutkan pohon keluarga dan kredibilitas. 

Perilaku Muhammad terhadap anak perempuannya, Fatimah, cara beliau bercakap dan cara beliau memuji anak perempuannya membuka mata orang-orang penting dan mayoritas warga muslim di sekitar Nabi. Mereka memandang dengan rasa takjub akan kebesaran Fatimah. Dalam buku diceriterakan bagaimana Fatimah merasasakan penderitaan kesedihan dan kemarahan hidup. Ia yang sejak kecil selalu ikut kemanapun langkah ayahnya melihat bagaimana kerumunan orang mengolok-olok, menunjukkan permusuhan dan merasa tidak mempunyai kawan lagi. Bagaimana ayahnya dimaki-maki, dipukuli. Bagaimana ayahnya dilempari isi perut biri-biri. Fatimah yang digambarkan gadis kecil kecil, kurus, lemah namun memiliki rohani yang peka penuh perasaan berada sendirian disamping ayahnya yang pejuang. Fatimah yang mendukung beliau sepanjang kesukaran hidup dan penderitaannya. Untuk itu Fatimah dinamakan Ummu Abiha. Ibu dari ayahnya.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia