Kamis, 12 April 2018

BPPAUDNI REGIONAL II: Selalu Bergerak Penuh Inovasi dan Kreasi

Sungguh, yang namanya mutiara itu, walau terpendam  dalam kubangan lumpur Lapindo sekalipun, akan tetap berkilau memukau bak mutu manikam yang mempesona. Itulah mungkin, gambaran dari potensi pamong belajar BPPAUDNI Regional II Surabaya yang diam-diam, pelahan namun pasti telah menorehkan prestasi atas karya model pengembangan program pendidikan nonformal (PNF) yang telah mencuri perhatian, menjadi tolehan berbagai pihak untuk menduplikasikan model tersebut ke dalam penyelenggaraan program lembaga PNF di berbagai daerah, bahkan direncanakan akan diorbitkan ke ranah nasional.
 
Ya, beberapa naskah hasil pengembangan model PNF yang disusun oleh pamong belajar BPPAUDNI Regional Surabaya, benar-benar merupakan hasil karya yang aplikatif, layak terap sebagai produk otentik hasil pergulatan intelektual yang memeras tenaga dan pikiran yang didukung oleh dana lumayan (maksudnya bisa digunakan untuk tambahan uang muka kreditan mobil).

Ada model Braingym untuk merangsang tumbuhnya otak generasi hebat calon penerus bangsa. Dengan mengenalkan game – game yang kental akan pesan-pesan edukasi, bukan macam game online yang banyak ditawarkan oleh warnet. Harapannya adalah, akan lahir generasi yang beretika, bermoral, beragama, berilmu, beriman, bertaqwa, berwawasan, anti korupsi, anti maksiat, kreatif dan berbudaya. Ya, sebuah konsep yang diadopsi dari pemikiran yang bombastis, fantastis dan spektakuler.

Juga ada model Batung Bingar yang mencoba menawarkan resep jitu ala Surabaya dalam upaya mempercepat tuntasnya program pemberantasan buta aksara yang telah dicanangkan oleh rejim kabinet Indonesia bersatu jilid dua, dimana,  fakta di lapangan masih mempertontonkan bahwa, pemberantasan buta aksara masih berkutat pada acara seremonial, seakan berjalan ditempat yang dikarenakan masih lemahnya tidak lanjut program dan pendampingan untuk menjaga serta mempertahankan tingkat keberaksaraan para mantan penyandang buta aksara pasca program.

Ada pula model pramuka saka widya bakti, yang katanya ingin mewujudkan kiprah pramuka melalui program pendidikan nonformal (sehingga nantinya, bisa saja muncul saka pendidikan nonformal dan juga saka pendidikan formal, … wallahu a’lam bishowab). Dalam sambutannya, Purwadi, selaku wakil ketua harian Kwarda Jatim (yang nota bene bukan anggota tim pengembang model) memohon kepada Dirjen PAUDNI agar dapat memfasilitasi untuk bisa beraudiensi dengan Pak Menteri dalam rangka mengenalkan model saka widya bakti dan agenda ikutan lainnya, termasuk mencari siapa yang mau dan mampu menjadi “Induk Semang”  yang akan membina sekaligus  mendanai aksi pramuka saka widya bakti. Apakah pihak Dikti, Dikmen, Dikmas.

Sayangnya, yang punya nafsu beraudiensi ke Pak Menteri itu orang kwarda, bukan tim pengembang model, padahal yang punya ide ciamik tentang perlunya pembentukan saka widya bakti itu adalah tim pengembang model, bukan pihak kwarda. Karena, sesungguhnyalah yang mengetahui dengan persis tentang program PAUDNI itu ya pamong belajar, bukan Purwadi.

Acara yang diselingi aneka tari kreasi bunda PAUD itu juga dihadiri Kasi PNF Propinsi Jatim, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ketua PKK Kota Surabaya, Bunda PAUD se Surabaya, Pramuka, Kepala SKB se Jatim dan anggota IPABI. Pada kesempatan itu pula, diumumkan bahwa Universitas Negeri Surabaya (Unesa d/h IKIP) dijadikan sebagai laboratorium Saka Widya Bakti. Lho kok ? … Kenapa bukan SKB yang langsung bersentuhan dengan program-program PAUDNI ?. Mungkin, dikarenakan gugus depan milik SKB hanya sebuah papan nama yang tidak siap melaksanakan kegiatan kepramukaan yang berkarakter ke-PNF-an menurut mereka.

Tak ketinggalan, model e-PAK  juga tidak luput dari pengkajian pamong belajar sebelum resmi menjadi e-PAK yang mana akan membantu pamong belajar dalam menyusun angka kredit. Pun ada Sijapi, sebagai alat bukti untuk menertibkan karyawan dalam hal kedisiplinan masuk kantor sesuai aturan kepegawaian yang telah disahkan untuk meningkatkan kinerja karyawan Balai yang memiliki jargon ”Bekerja itu ibadah, Berprestasi itu indah”

Model-model yang dikemas secara apik dan menarik inipun telah di deklarasikan secara besar-besaran yang di kemas dalam acara Pengarahan dan launching Program Kreatif Inovatif BPPAUDNI Regional II Surabaya” oleh Prof. Dr, Lydia Freyani Hawadi. Inilah sebagaian dari daya kreatif dalam mempromosikan berbagai model unggulan hasil oleh piker pamong belajar BPPAUDNI Surabaya yang diam-diam telah berhasil mencuri perhatian, baik ditingkat local sampai regional dengan karya-karya yang menasional.

Tiada gading yang tak retak, namun tidak ada salahnya jika IPABI sebagai satu-satunya wadah sah pamong belajar se Indonesia untuk berekspresi menunjukkan eksistensinya, ikut menyuarakan prestasi pamong belajar Surabaya sehingga eksistensi pamong belajar dan lembaganya bisa lebih diperhatikan oleh “orang Jakarta” yang membidanginya.

Dari Surabaya pula, Paguyuban Kepala SKB se Jawa timur telah meneriakkan keprihatinannya terhadap perkembangan SKB dan pamong belajar yang semakin terpuruk kayak anjing buduk, berkurang karena mati ataupun mutasi, sehingga memaksa mBakyu Elok, Kepala SKB Kabupaten Nganjuk sebagai juru bicara Paguyuban, sambil sedikit ndredek, meneriakkan petisi dihadapan Ibu Dirjen PAUDNI. Harapannya, tentulah kelakuan dari Paguyuban Kepala SKB Jatim ini bisa diikuti oleh nyali besar Kepala SKB di regional lain untuk bersama-sama menyuarakan nasib.

Inilah sebagaian dari sifat kepeloporan insan Jawa timur (yang mungkin mewarisi darah pahlawan 10 November). Dengan penuh daya inovasi kreatif mempromosikan karya-karyanya untuk turut mewarnai sejarah PNF yang sedang dibangun dengan tertatih-tatih. Wallahu a’lam bishowab. [Ebas/humasipabi_pusat.online]

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia