REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan
Informal (PAUDNI) Lydia Freyani Hawadi mengatakan, Ditjen PAUDNI telah
menyiapkan bantuan program ketrampilan bagi anak putus sekolah, anak
menganggur dari kalangan yang tidak mampu. Mereka ini perlu diberi
pendidikan ketrampilan.
"Anak-anak putus sekolah ini jumlahnya besar, 7,39 juta orang dari
total angkatan kerja 118, 192 juta jiwa. Pengangguran ini kebanyakan di
Pulau Jawa sebesar 65,03 persen, selebihnya di Sumatera 20,3 persen,
Sulawesi 5,06 persen, Kalimantan 4,52 persen, Bali dan Nusa Tenggara 3
persen, Maluku dan Papua 2,09 persen," kata Lydia, Rabu, (2/4).
Untuk
mengatasi permasalahan ini, ujar Lydia, pihaknya telah menyiapkan
bantuan program pendidikan ketrampilan kepada 53.777 peserta didik yang
terdiri dari program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) sebanyak 29.750
orang, program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) sebanyak 12.665
orang, bantuan Desa Vokasi bagi 11.362 orang.
Program PKH,
ujar Lydia, dilaksanakan untuk memberikan bekal pendidikan ketrampilan
bagi masyarakat yang diarahkan untuk bekerja. Sebelumnya program ini
hanya diberikan pada 29.000 orang, tahun ini ada penambahan bagi 750
orang.
Bantuan PKM, terang Lydia, diberikan kepada anak
yang menganggur agar mereka bisa berwirausaha dan mencari nafkah
sendiri. Wirausaha di Indonesia baru mencapai 1,56 persen, ini sangat
sedikit dibanding Malaysia yang mencapai 5 persen dan Singapura 7
persen.
Bantuan desa vokasi, lanjut Lydia, diberikan untuk
melatih ketrampilan agar mampu mandiri. Misalnya meningkatkan potensi di
desa tertentu.
"Di desa tertentu ada pengrajin sepatu,
misalnya 10 orang. Maka masing-masing pengrajin diberi Rp 1,6 juta
untuk memberdayakan potensi kerajinan desa setempat,"ujar Lydia.