Tingkat perceraian yang tinggi juga terjadi di negara lain. Negara-negara
Skandinavia seperti Swedia memiliki tingkat perceraian mencapai 54,9%,
Finlandia 51,2%, dan Denmark 44,5% merupakan negara dengan tingkat perceraian
tertinggi di Eropa.
Sementara itu, menurut konsultan
perkawinan dari Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Pusat
Prof. Dr. Reni Akbar Hawadi, Selasa (15/9), di Jakarta, tingkat perceraian
di Amerika Serikat (AS) juga cukup tinggi, yakni mencapai 54,8%. Tingginya
angka perceraian di AS, mendorong pemerintah AS melakukan intervensi berupa
kurikulum tentang perkawinan mulai di level SMA.
Sekretaris Jenderal Departemen Agama, Bahrul Hayat, menyatakan sependapat dengan pandangan Sugiri maupun Reni agar pemerintah Indonesia juga melakukan intervensi serupa mirip di AS. Bahrul berpendapat, seyogianya lembaga BP4, direvitalisasi kembali, sehingga dapat memberikan pembekalan pendidikan pranikah pada pasangan muda yang bakal menikah.
Sekretaris Jenderal Departemen Agama, Bahrul Hayat, menyatakan sependapat dengan pandangan Sugiri maupun Reni agar pemerintah Indonesia juga melakukan intervensi serupa mirip di AS. Bahrul berpendapat, seyogianya lembaga BP4, direvitalisasi kembali, sehingga dapat memberikan pembekalan pendidikan pranikah pada pasangan muda yang bakal menikah.
“Harus ada lembaga penasehat perkawinan di Islam, seperti yang sudah
dilakukan teman-teman lain di kelompok Nasrani,รข€ tutur Bahrul. Fungsi BP4
lanjut Bahrul, di samping memberi pembekalan pranikah, juga memberikan ilmu
ketahanan keluarga dan mediasi sebelum proses terjadinya perceraian di
pengadilan agama.
Saat ini, BP4, bersama lembaga lain, seperti BKKBN, MUI, dan LSM tengah
menyusun bahan-bahan yang bisa dimasukkan dalam kurikulum perkawinan. Ke depan,
diharapkan, pembekalan pranikah bisa menjadi prasyarat untuk melakukan
pernikakahan di Kantor Urusan Agama (KUA).
sumber : Media Indonesia