Rabu, 07 Februari 2018

Pemerintah Mau Masukkan Perkawinan sebagai Kurikulum Sekolah

Tingkat perceraian yang tinggi juga terjadi di negara lain. Negara-negara Skandinavia seperti Swedia memiliki tingkat perceraian mencapai 54,9%, Finlandia 51,2%, dan Denmark 44,5% merupakan negara dengan tingkat perceraian tertinggi di Eropa.

Sementara itu, menurut konsultan perkawinan dari Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Pusat Prof. Dr. Reni Akbar Hawadi, Selasa (15/9), di Jakarta, tingkat perceraian di Amerika Serikat (AS) juga cukup tinggi, yakni mencapai 54,8%. Tingginya angka perceraian di AS, mendorong pemerintah AS melakukan intervensi berupa kurikulum tentang perkawinan mulai di level SMA.

Sekretaris Jenderal Departemen Agama, Bahrul Hayat, menyatakan sependapat dengan pandangan Sugiri maupun Reni agar pemerintah Indonesia juga melakukan intervensi serupa mirip di AS. Bahrul berpendapat, seyogianya lembaga BP4, direvitalisasi kembali, sehingga dapat memberikan pembekalan pendidikan pranikah pada pasangan muda yang bakal menikah.

“Harus ada lembaga penasehat perkawinan di Islam, seperti yang sudah dilakukan teman-teman lain di kelompok Nasrani,รข€ tutur Bahrul. Fungsi BP4 lanjut Bahrul, di samping memberi pembekalan pranikah, juga memberikan ilmu ketahanan keluarga dan mediasi sebelum proses terjadinya perceraian di pengadilan agama.

Saat ini, BP4, bersama lembaga lain, seperti BKKBN, MUI, dan LSM tengah menyusun bahan-bahan yang bisa dimasukkan dalam kurikulum perkawinan. Ke depan, diharapkan, pembekalan pranikah bisa menjadi prasyarat untuk melakukan pernikakahan di Kantor Urusan Agama (KUA).
sumber : Media Indonesia

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia