Lima penari asyik meliuk-liuk. Sepasang obor di tangan kiri
dan kanan pun tetap menyala. Mereka sedang memperagakan tari khas Sulawesi
Selatan bernama Tari Pepe-pepeka Ri Makka. Lagu yang mengiringi tari ini
diyakini telah disusupi daya magis oleh penciptanya.
Tari Pepe-pepeka Rimakka yang
dipersembahkan oleh sanggar tari dari Kabupaten Gowa ini, ditampilkan sebagai
hiburan pada pembukaan Orientasi Teknis (Ortek) Penguatan Pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Angkatan VIII di Aula Balai Pengembangan
Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (BP-PAUDNI) Regional III, di
Makassar, Sabtu (30/11).
Usai membuka Ortek, Direktur
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Lydia Freyani Hawadi Psikolog,
disuguhi tari khas tersebut oleh penari.
Sambil menari, kelima penari yang
semuanya perempuan membakar lengan dengan api dari obor di kedua di tangan
mereka. Bagi mereka yang baru pertama kali menyaksikan adegan dalam tari
tersebut akan bergidik karena api yang digenggam api sungguhan.
Selang beberapa menit menari, salah
seorang dari mereka menjemput Prof Dr Lydia Freyani Hawadi Psikolog dari
kursinya da mengajak masuk ke dalam arena tarian mereka. Kepala Pengembangan
Kegiatan Belajar Masyarakat Sulawesi Selatan, Ahmad Parumbian yang duduk tidak
jauh dari Dirjen PAUDNI berdiri untuk mendampingi Prof Lydia. Dan Prof Lydia
pun “dibakar” oleh salah seorang penari.
Meski
dibakar dengan api sungguhan, busaa penari maupun tamu yang dibakar dalam
proses tarian itu tak akan terbakar. Bahkan, mereka menikmatinya sebagai
sensasi sebuah tarian.
Sumber: http://rusdy-embas.blogspot.co.id