Senin, 16 Oktober 2017

Indonesia Memiliki Strategi Jangka Panjang untuk PAUD

JAKARTA. Indonesia memiliki strategi jangka panjang pembangunan PAUD
melalui grand design 2011-2045.
JAKARTA. Indonesia memiliki strategi jangka panjang pembangunan PAUD melalui grand design 2011-2045.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog pada Konferensi The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) tentang Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Jakarta, Senin (18/3)
Tujuannya, kata  Guru Besar Universitas Indonesia itu, untuk membangun generasi berkualitas tinggi dengan karakter yang baik, berkerampilan, dan kecerdasan. Harapannya PAUD akan memberikan generasi kualitas terbaik sebagai hadiah untuk satu abad kemerdekaan Indonesia tahun 2045 mendatang.
Grand design itu kini telah menjadi referensi dan panduan bagi semua pihak termasuk para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan sehingga menjadi batu loncatan besar  untuk perbaikan PAUD di Indonesia secara signifikan seperti Gerakan Nasional PAUD.
“Hal ini bisa dilihat adanya gerakan PAUD secara nasional yang mencakup peningkatan kualifikasi akademik guru, perumusan standar nasional, pembentukan layanan terpadu, promosi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini, dan lain-lain,” kata psikolog keberbakatan itu.
Dijelaskan Dirjen PAUDNI yang akrab disebut Reni Hawadi-Akbar ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan Gerakan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (Paudisasi). Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan akses anak-anak di seluruh Indonesia terhadap PAUD. Dengan gerakan ini, pemerintah Indonesia di setiap tingkatan dipacu untuk memfasilitasi pengembangan PAUD di wilayah mereka.
Untuk menyukseskan Paudisasi, menurut Dirjen PAUDNI, salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah masalah geografi, keragaman etnis, dan bahasa. Belum lagi jumlah penduduk Indonesia yang besar, mencapai lebih dari 237 juta pada tahun 2010. “Terdapat 300 kelompok etnis di 33 provinsi di Indonesia, dan 680 bahasa lokal. Ini merupakan tantangan yang luar biasa,” katanya. (Sugito/HK)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia