Sabtu, 07 Oktober 2017

Gunung Bromo

Bersama Suami Tercinta Berfoto di Depan Gunung Bromo (dok. pribadi)
Keindahan sunrise (matahari terbit) di Gunung Bromo sudah mendunia. Banyak turis asing maupun domestik yang datang ingin menyaksikannya, termasuk saya dan suami. Dapat melihat matahari terbit dari balik gunung merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan. Udara disana mencapai 10 derajat Celsius. Oleh karena itu, bagi yang ingin berkunjung kesana diwajibkan untuk membawa sweater atau pakaian hangat, sarung tangan, syal, penutup kepala, dan penutup telinga.

Gunung Bromo terkenal dengan lautan pasirnya atau yang biasa disebut “Kaldera”. Kaldera ini terbentuk dari letusan Gunung Bromo berabad-abad tahun yang lalu. Luas Kaldera di Gunung Bromo sekitar 5.920 hektar.

Di sisi utara dari Gunung Bromo, Anda akan melihat hamparan Kaldera atau Lautan Pasir tenang, sedangkan di sisi selatan di dominasi oleh “Savana” yang hijau dan asri.

Untuk menikmati indahnya Kaldera Gunung Bromo, banyak alternatif yang dapat dilakukan, misalnya dengan berkeliling menaiki kuda. Kuda yang kita naiki akan dituntun oleh si pemilik kuda, sehingga Anda tidak perlu khawatir akan terjatuh. Selain itu, Anda juga bisa menaiki mobil jeep. Saya iseng meminjam sebuah sepeda motor kepada mas-mas yang ada disana untuk “mejeng”.

Angin yang bertiup lumayan kencang, membuat ilalang yang berada di Savana Gunung Bromo seakan menari-nari. Butiran-butiran pasir yang beterbangan terbawa angin menimbulkan suara seperti berbisik. Cuaca yang cerah, udara yang sejuk, dan pemandangan indah yang disajikan Gunung Bromo, membuat saya ingin kembali lagi kesana.  

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia