Citizen Reporter, Muhammad Wildan Staf Seksi Informasi dan Kemitraan BPPAUDNI Regional III Melaporkan dari Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM -Untuk mewujudkan target Satu Desa
Satu PAUD diperlukan keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah
daerah. Karena jika hanya mengandalkan bantuan pembiayaan dari pusat
melalui APBN butuh waktu lama. Saat ini, masih ada sekitar 23 ribu desa
yang belum memiliki lembaga PAUD.
“Sharing APBD tingkat satu dan dua terhadap pengembangan PAUD masih
sangat minim,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal dan Informal (Dirjen PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, Pskolog, saat menjadi nara
sumber pada Rapat Koordinasi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik Integratif tingkat Regional se Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Barat,di Hotel Clarion, Makassar, Selasa (4/3/2014), malam.
Untuk menuntaskan target satu desa satu PAUD di seluruh Indonesia,
kata Prof Lydia, perlu keterlibatan pemerintah daerah, karena kalau
hanya mengandalkan alokasi anggaran dana dari pusat tidak cukup dan
butuh waktu lama.
Dikatakan, saat ini, share APBD tingkat I terhadap pengembangan PAUD
masih di bawah 4 persen. Bahkan, APBD tingkat II share-nya masih di
bawah 2 persen.
Dijelaskan, hingga kini, masih ada sekitar 27.000 desa di seluruh
Indonesia yang belum memiliki lembaga PAUD. Jika hanya mengandalkan
anggaran dari pusat yang terbatas maka target untuk menuntaskan satu
desa satu PAUD butuh waktu sekitar 13 tahun.
Salah satu strategi yang ditempuh untuk mewujudkan target satu desa
satu PAUD adalah menggandeng istri kepala pemerintahan dengan
menjadikannya sebagai Bunda PAUD. Dimulai dari Istri Presiden sebagai
Bunda PAUD Nasional. Terus berjenjang ke bawah, istri gubernur, istri
bupati/ wali kota hingga istri lurah.
Cara tersebut dinilai cukup efektif. Saat ini sudah ada beberapa kabupaten yang mampu mewujudkan satu desa satu PAUD.
Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia itu juga menyinggung
pentingnya inovasi PAUD sebagai salah satu upaya mencegah buta aksara,
serta memberi rasa nyaman bagi anak sehingga bisa menikmati belajar di
sekolah dasar. (*)
Sumber: www. makassar.tribunnews.com/