Minggu, 31 Oktober 2021

Psikoterapi Doa

 *Kalau Anda berdoa dan lama tidak dikabulkan, coba Anda teliti, apakah ada hak orang lain yang masih terikut dengan Anda. Atau barangkali Anda punya kesalahan pada orang lain yang masih menjadi ganjalannya.*

Jangan mendoakan yang buruk-buruk untuk diri sendiri maupun orang lain. Karena itu salah satu bentuk ketiadaan adab dalam berdoa.
Adab berdoa adalah mendoakan yang baik-baik untuk siapa pun. Kalau menurut Anda ada teman yang keliru, jangan katakan di depannya, misalnya, “Semoga kamu segera mendapatkan hidayah.” Bisa jadi dia akan merasa dilecehkan – terkesannya dia sama sekali tidak diberi hidayah. Doakan saja agar dia sadar dan kembali ke jalan yang lurus.
Rendahkan suara Anda dalam berdoa, jangan berteriak-teriak – kecuali bagi imam, yang bertujuan agar jamaahnya mendengar. Tapi ketika Anda sendirian di rumah tidak perlu doa dengan suara kencang dan dengan bahasa diindah-indahkan seperti sajak. Anda tidak peru memaksakan diri berdoa dengan sajak, sehingga bisa membuat Anda malah lebih sibuk dengan sajaknya. Anda tidak perlu sibuk dengan kaimat-kalimat indah.
Dalam doa, hadirnya hati itu lebih penting: tawadhu, khusyuk, khauf, dan raja’. Tawadhu itu tunduk, khusyuk itu stabil batinnya, khauf itu takut dimurkai Allah, dan raja’ penuh harap atas rahmat Allah.
Bila masih ada hak orang lain yang kita pegang secara tidak sah, itu dapat menghalangi terkabulnya doa.
Atau, barangkali Anda punya kesalahan pada orang lain yang masih menjadi ganjalannya. Jika demikian, kembalikan haknya atau mintalah maaf dulu.
Bersih dari makanan dan minuman yang haram, juga salah satu syarat terkabulnya doa.
Selanjutnya adalah memohon ampun (istighfar). Ali bin Abi Thalib berkata, “Istighfar bukan pemutihan dosa. Tidak serta merta dengan istighfar, dosa kita langsung bersih.
Istighfar itu ada tiang-tiangnya. Ketika Anda beristighfar, pastikan tiang-tiangnya lengkap. Tiang pertama adalah, benar-benar menyesal. Tiang kedua, niat yang kuat untuk tidak mengulangi lagi. Tiang ketiga, jika ada hak orang lain yang di tangan kita, dikembalikan. Tiang keempat, kalau dalam diri kita masih tersisa makanan haram, ratapi, bersihkan, dan ganti dengan makanan halal sebanyak mungkin.” Lalu, kata Ali, _“Mujahadah_ (berusaha dengan sungguh-sungguh). Sebagaimana engkau bersenang-senang dalam kemaksiatan, maka imbangi itu dengan susah payahnya dalam ketaatan.
Kalau semua tiang ini sudah Anda tegakkan, baru Anda bisa mengklaim sudah beristighfar dengan benar.
Istighfar itu bukan sekadar di mulut.” Itu di antara adab berdoa.
Jangan lupa, hanya Allah satu-satunya tempat berdoa dan meminta pertolongan. Kita mendeklarasikan itu setiap hari melalui surah Al-Fatihah: _Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in_. Jangan khianati fitrah Anda dengan meminta pertolongan kepada selain Allah. _Wa la tad’u min dunillahi ma la yanfa’uka wa la yadhurruka, fain fa’alta fainnaka idzan minazh-zhaimin_ (QS. Yunus: 106) – janganlah engkau menyeru, janganlah engkau berdoa pada yang selain Allah – yang tidak bisa memberi manfaat atau bahaya untukmu. Kalau tetap engkau lakukan, maka engkau termasuk orang yang zalim.
_Wa im yamsaskallāhu biḍurrin fa lā kāsyifa lahū illā huw, wa iy yuridka bikhairin fa lā rādda lifaḍlihi_ (QS Yunus: 107) – Ketika Allah memberimu mudarat, maka tidak ada yang bisa membersihkannya kecuali Allah sendiri. Dan bila Allah menginginkan sesuatu padamu, maka tidak ada yang bisa menolak keutamaan-Nya. _Yushibu bihi man yasya’u min ibadihi_. Allah memberi musibah, memberi pada hamba-Nya yang dikehendaki. Dan diakhiri _wa huwal ghafurur-rahim_. Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Maka jangan lupa, satu-satunya poros, pusat perhatian, pusat konsentrasi, focus kita sehari-hari, adalah selalu menghadirkan Allah dalam hidup kita. Itulah hakikat doa. ( * )
*Referensi:*
Fahruddin, Faiz.(2021).Menjadi Manusia Menjadi Hamba. Mizan.
Terima kasih banyak Aswil untuk pencerahannya. Benar-benar insightful tulisan yang dikutip ini. Bisa jadi introspeksi kita.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia