Senin, 22 Oktober 2018

Tugu Pensil Simbol Bebas Buta Aksara di Kepri

Tanjungpinang [SAPULIDI News] - Provinsi Kepulauan Riau memiliki lebih dari seribu pulau yang tersebar di perairan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.
Ibukotanya, Tanjungpinang, berada di Pulau Bintan, salah satu pulau besar dalam gugusan Kepulauan Riau. Di sinilah Tugu Pensil terletak. Tugu Pensil merupakan simbol bahwa masyarakat Kepulauan Riau, khususnya Kota Tanjungpinang, telah resmi bebas buta huruf.

Kondisi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang terdiri dari pulau-pulau serta sebagian besar merupakan laut, menjadi salah satu faktor kesulitan dalam mengentaskan buta aksara.

Penduduk buta aksara pun tentu masih ada, tidak semuanya bebas buta aksara secara 100 persen. Namun provinsi ini terbukti telah berusaha keras dan aktif dalam usaha pengentasan buta aksara.

Bahkan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Lydia Freyani Hawadi, memberikan apresiasi kepada Kepri yang telah berhasil menurunkan angka buta aksara.

Hal itu ia sampaikan dalam sambutan pada Rapat Koordinasi Pendidikan se-Provinsi Kepulauan Riau di Batam, Maret 2013 lalu.

Pemerintah Provinsi Kepri melalui Dinas Pendidikan Provinsi Kepri telah menjalankan berbagai program pendidikan dalam usaha mengentaskan buta aksara.

Kepala Bidang PAUDNI Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau, Yusnawati, mengatakan, Disdikprov Kepri aktif menjalankan Program Kegiatan Kesetaraan Paket A, B, dan C pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Selain itu, Disdikprov Kepri juga menggandeng Universitas Terbuka (UT) untuk menyukseskan pengentasan buta aksara. "Mahasiswa yang KKN diberdayakan untuk mendata jumlah penduduk yang buta aksara. Kemudian diminta mengajarkan baca, tulis, dan berhitung," ujarnya saat ditemui di kantornya, di Tanjungpinang, Kepri, (1/11).

Yusnawati menjelaskan, Disdikprov Kepri juga mengadakan program kegiatan keaksaraan melalui program kecakapan hidup untuk masyarakat yang berusia lanjut. Program kecakapan hidup mengajarkan keterampilan kepada masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah.

"Misalnya mengajarkan bagaimana membuat kue kering," ujar Yusnawati.
Dengan belajar kue kering, peserta program dapat sekaligus belajar membaca, menulis dan berhitung, dengan mengenal huruf dan angka melalui resep, berat bahan yang dibutuhkan, hingga menghitung harga kue untuk dipasarkan.
Sedangkan program keaksaraan untuk penduduk usia sekolah dilakukan melalui PKBM, dengan program kesetaraan Paket A, B, dan C. Yusnawati menjelaskan, saat ini angka buta aksara penduduk usia sekolah di Kepri berjumlah 68.602 yang tersebar di dua kota dan lima kabupaten, yaitu Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Anambas.

Ia mengatakan, keinginan masyarakat Kepri untuk belajar dan bebas buta aksara pun semakin meningkat. Sebagian besar masyarakat merespon positif program-program keaksaraan yang dijalankan pemerintah provinsi Kepri.

Keinginan untuk menjadi daerah bebas buta aksara sudah menjadi cita-cita Kepri sejak lama. Bahkan Kepri berhasil menjadi daerah bebas buta aksara pada tahun 1960 lalu, yang diabadikan melalui Tugu Pensil.

Tugu Pensil merupakan sebuah monumen simbolik yang menyatakan bahwa Kepulauan Riau telah meraih predikat sebagai daerah yang dapat membebaskan masyarakatnya dari buta aksara melalui suksesnya program Pemberantasan Buta Huruf (PBH) pada tahun 1960-an.

Tugu ini dirancang oleh putra daerah bernama Ir Nizar Nasir. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada pertengahan tahun 1962 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prijono.

Di bawah tulisan Tugu Pensil tersebut terdapat semacam prasasti-prasasti sebanyak dua belas buah. Setiap prasasti berisikan satu pasal dari 12 pasal Gurindam 12, sebuah gurindam yang berisikan petuah Melayu ciptaan Raja Ali Haji, Bapak Bahasa Indonesia. (DM/A-102)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia