BANDUNG.
Dharma Wanita Persatuan (DWP) Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal,
dan Informal (Ditjen PAUDNI) mengadakan pelatihan etiket pergaulan dan
perjamuan formal. Kegiatan ini dilakukan sebagai tanda kepedulian terhadap tata
krama dalam situasi kedinasan dan perkantoran.
“Saat ini adalah zaman globalisasi, karena itu etiket pergaulan
itu harus dikuasai sebagai tanda mengetahui tata krama dan kesopanan,” ujar
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Prof. Dr.
Lydia Freyani Hawadi, Psikolog menjelang pelatihan dimulai di Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR) Yapari-Aktripa, Bandung, (23/2).
Oleh karena itu, ia berharap dengan mengikuti pelatihan mengenai
etiket, maka para peserta akan diingatkan kembali mengenai etiket yang baik
secara internasional.
Diungkapkan Lydia, yang juga akrab dipanggil Reni Akbar-Hawadi,
pertama kali ia mempelajari etiket pergaulan ialah saat orang tuanya memberikan
buku Etiquette: The Blue Book of Social Usage karya Emily Post pada masa
remaja. Buku etiket ternama yang pertama kali diterbitkan tahun 1922 itu banyak
mempengaruhi perilaku dirinya saat menjalani kehidupan sehari.
Akan tetapi, hingga saat ini Reni banyak menemui orang yang belum
mengenal etiket. Dikatakan Lydia, pada komunitas tertentu, etiket bisa saja
berbeda, tapi saat dalam situasi formal atau kedinasan, etiket secara
internasional perlu untuk diterapkan. Oleh karena itu, Reni amat mengapresiasi
kegiatan yang diselenggarakan DWP Ditjen PAUDNI ini.
Salah satu peserta kegiatan sekaligus anggota DWP Ditjen PAUDNI,
Suminar, menyatakan senang bisa mengikuti acara ini. “Dengan pelatihan ini,
saya mengetahui bagaimana tata cara berperilaku di kantor dan mengikuti
perjamuan formal dengan baik. Dalam situasi kedinasan, kami seringkali
dihadapkan dengan situasi tersebut, jadi kegiatan ini sangat bermanfaat,”
katanya
Etika dan
Etiket
Etika dan etiket merupakan dua pijakan penting dalam berperilaku.
Etika terkait dengan moral, menentukan yang baik dan buruk. Oleh karena itu
harus dilakukan kapan pun, terlepas ada orang lain ataupun tidak. Sementara
etiket terkait dengan tata krama dan kesopanan. Hal ini menjadi pegangan saat
berhadapan dengan orang lain.
Pada kegiatan itu, dosen STIE Yapari-Aktripa Dr. Diana
Simandjuntak menyatakan etiket penting dilakukan sebagai citra diri seseorang.
Etiket meliputi banyak hal, seperti cara berbicara, berjalan, berpakaian,
makan, dan banyak lainnya.
Dalam dunia kerja, hal ini tentunya amat penting. Meski demikian,
harus disadari bahwa antar budaya terdapat perbedaan etiket pula. Oleh karena
itu pengetahuan multikultural juga perlu dimiliki.
“Jangan cepat menggeneralisasi seseorang hanya karena budaya
mereka. Kita sebaiknya dapat beradaptasi ketika dihadapkan pada komunitas yang
memiliki budaya yang berbeda,” kata Diana. (Dina Julita/HK)
Ditukil dari : http://www.paudni.kemdikbud.go.id/dharma-wanita-persatuan-ditjen-paudni-selengarakan-pelatihan-etiket/