Selama berbulan-bulan, si tiga tahun Ella Kuckes dari Barrington, Rhode
Island, bersikeras agar ibunya, Niki, menjawab ketukan pelan di pintu.
“Tweety ada di luar,” katanya. Bersama mereka membuka pintu, dan Ella
menyambut teman khayalannya masuk untuk diajak bercakap-cakap sepanjang
sore.
Hampir separuh dari semua anak di dunia ini punya teman
khayalan, seiring dengan berkembangnya imajinasi dan ketertarikan mereka
terhadap dunia sandiwara. Selain itu, teman bermain khayalan ini
membuat anak punya tempat untuk mengeksplorasi dunia, termasuk hal-hal
yang mungkin baru atau mengesalkan. Jika orang di dunia nyata si kecil
bisa sakit atau sedih, begitu pun mungkin dengan si teman khayalan,
begitu kata Marjorie Taylor, Ph.D., penulis Imaginary Companions and the
Children Who Create Them. Karena anak menguasai apa yang dialami oleh
si teman khayalan, bila ‘si teman’ berhasil melalui suatu insiden yang
menakutkan bisa membuat mereka merasa tenang. Bila teman khayalan anak
Anda pergi (banyak anak bilang kalau si teman sudah pindah atau malah
meninggal), teman khayalan lain mungkin akan menggantikan untuk beberapa
tahun mendatang. Kalau si kecil memperkenalkan Anda pada teman
khayalannya, apa yang harus Anda lakukan?
Pada usia balita,
kemampuan kognitif anak meningkat pesat. Dia semakin akrab dengan
lingkungan sekitar dan menyadari bahwa dia tidak sendiri. Ia bahkan
sudah bisa menciptakan dunia sendiri berbekal pengalaman melihat dan
mendengarkan hal-hal yang dekat dengan keseharian. Si kecil bisa
tiba-tiba membicarakan monster di bawah tempat tidur, bercakap-cakap
dengan boneka beruang, atau tertawa bersama seorang teman yang hanya ada
di dalam imajinasinya.
Anak laki-laki cenderung mengkhayalkan
superhero sebagai sahabat yang selalu menemani dia. Sementara anak
perempuan mungkin menyukai fantasi seputar dunia peri dan putri raja.
“Perbedaan itu ada karena lingkungan sehari-hari anak. Orang tua
cenderung membelikan mobil-mobilan atau robot superhero kepada anak
laki-laki sementara adik perempuan mendapat hadiah boneka. Sehingga
terbentuk citra di dalam benak anak bahwa laki-laki identik dengan
superhero dan perempuan ‘sebaiknya’ bermain boneka,” kata Dr. Reni Akbar
Hawadi, MPsi, psikolog pendidikan dari Universitas Indonesia.
Sebuah
riset menyatakan anak-anak memiliki teman khayalan hingga usia 7 tahun.
Setelah itu, mereka mulai meninggalkan si sahabat atau paling tidak
jarang membicarakan keberadaan teman khayalan secara terbuka.
Sebenarnya,
teman khayalan adalah salah satu cara mengeksplorasi dunia nyata, bukan
karena anak telah terlena di dalam dunia fantasi, seperti yang mungkin
Anda perkirakan. Pembicaraan sehari-hari dengan sahabat imajiner –
seperti kelas musik yang menyenangkan, pekerjaan rumah yang terlalu
rumit, sampai masakan ibu yang sangat lezat – membuat anak peka
sekaligus membuat dia senantiasa mengapresiasi kondisi keseharian. Si
teman juga membantu anak mengatasi berbagai konflik. Dia bisa berkhayal
jika suatu hari si sahabat menolak bermain bersama atau bisa saja mereka
berdebat lalu mencari mencari solusi atas pertengkaran mereka berdua.
Menjadi
anak usia 3 atau empat tahun, dan menyadari bahwa dunia semakin luas,
bisa sangat menakutkan bagi anak. Memiliki seorang teman, meskipun hanya
ada dalam khayalan, akan sangat membantu anak melewati masa-masa sulit.
Sahabat imajiner adalah tempat bagi anak untuk mencurahkan perasaan,
bahkan balita memiliki kisah yang hanya ia bagi dengan seseorang yang ia
percaya tidak akan membocorkan rahasia sehingga dia bisa bercerita
dengan bebas.
Manfaat bagi Anak
Kontras
dengan yang mungkin Anda bayangkan, menciptakan teman khayalan tidak
hanya tipikal untuk anak penyendiri dan tertutup. Anak tunggal atau anak
sulung yang terpaut usia jauh dengan adiknya memang cenderung memiliki
sahabat imajiner, namun anak yang berasal dari keluarga besar juga kerap
menciptakan teman khayalan. Bagi anak-anak, teman khayalan adalah
sesuatu yang unik. Satu teman imajiner khusus diciptakan oleh satu anak.
Anak
yang memiliki teman khayalan tidak lantas ditakdirkan menjadi
penyendiri. Justru sebaliknya, mereka sangat suka berinteraksi dengan
orang lain. Ketika tidak ada orang untuk diajak bicara, mereka
menciptakan seseorang.
Faktanya, teman khayalan diasosiasikan
dengan kepribadian positif. Penelitian menyebutkan bahwa anak yang
memiliki teman khayalan punya kemampuan berempati lebih baik
dibandingkan teman sebaya yang tidak punya sahabat imajiner. Studi lain
juga menyatakan anak-anak tersebut memperoleh nilai tes bahasa yang
lebih tinggi, mampu bersosialisasi dengan baik, dan yang paling penting
punya lebih banyak teman.
Ada satu alasan lagi mengapa keberadaan
sahabat imajiner penting bagi anak, yakni terkait naluri kekuasaan.
Coba pikirkan keseharian balita: Ia terus-menerus mendengar, “Sayang,
jangan main di dapur” dan “Jangan kebanyakan makan kue, nanti sakit
gigi!” Dia selalu menerima perintah dari orang dewasa. Ketika ia
berkuasa penuh atas si teman khayalan, tentu itu sebuah sensasi
tersendiri yang sangat langka bagi balita.
Manfaat bagi Orang Tua
Menurut
beberapa teori psikologi, anak kerap menggunakan teman khayalan mereka
sebagai media menyatakan keinginan terpendam. “Khayalan sering berisi
mimpi yang tidak atau belum bisa terpenuhi. Maka orang tua harus peka
membaca kebutuhan dan keinginan anak,” kata Dr. Reni. Dialog antara anak
dan orang tua menjadi jalan terbaik untuk mengetahui kebutuhan anak,
disesuaikan dengan nilai-nilai yang diterapkan keluarga tentu saja.
“Teman khayalan bisa menjadi jalan untuk mengevaluasi pola asuh yang
Anda terapkan selama ini. Menjadikan diskusi sebagai kebiasaan yang
berlaku di dalam keluarga akan memberikan manfaat yang besar bagi anak
dan orang tua,” kata Dr. Reni.
Selain itu, anak sering
menciptakan sosok teman khayalan sebagai versi ideal atas diri mereka.
Misalnya, anak yang pemalu memiliki sahabat imajiner dengan kepribadian
yang humoris, populer, dan punya banyak teman. Sejauh sosok si teman
khayalan bernilai positif, akan sangat baik bagi anak jika dia mampu
“meniru” kepribadian tersebut. “Jika anak mengkhayalkan seseorang yang
pandai menyanyi, misalnya, bisa jadi ia memang bercita-cita menjadi
penyanyi terkenal. Akan sangat baik jika Anda mampu membantu dia
mewujudkan khayalannya,” jelas Dr. Reni.
Lagi-lagi, dialog
menjadi jembatan antara Anda dan anak untuk mendiskusikan hal-hal yang
baik untuk ditiru dan sikap yang perlu dijauhi. Melalui dialog seputar
si sahabat imajiner, hubungan Anda dan si kecil bisa makin akrab.
Perlukan Anda ikut berkhayal?
Jangan
ragu mengakui keberadaan si teman khayalan. Hal itu mengasah imajinasi
anak. Dan jangan khawatir, anak tidak akan kehilangan kontak dengan
dunia nyata karena teman khayalan. Jika Anda bertanya seputar si sahabat
dan membiarkan anak menjawab, Anda memastikan bahwa sang sahabat berada
di dalam kendali anak.
Namun bukan berarti Anda harus membuatkan
makan malam ekstra atau membiarkan anak melimpahkan kesalahan kepada
teman khayalan saat dia memecahkan vas bunga. Anak perlu tahu bahwa si
sahabat hanya ada di dalam khayalan. Anda bisa “mengembalikan” anak ke
dunia nyata saat diperlukan. Selebihnya, nikmati keajaiban yang
dilakukan anak bersama “si sahabat setia” dan petik berbagai manfaat.
Bermanfaat
Teman khayalan bisa memberikan berbagai manfaat selama proses tumbuh kembang anak.
•
Memberi kesempatan anak mengembangkan kreativitas melalui berbagai
jenis permainan dan mencoba banyak hal baru berdasarkan imajinasi.
• Sebagai media untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi.
• Mengembangkan emosi dan tindakan, seperti rasa takut atau marah berikut cara mengekspresikan perasaan tersebut.
•
Memberi kesempatan kepada anak untuk mengatur dan mengontrol si
sahabat, karena dalam keseharian balita terbiasa diatur oleh orang-orang
di sekitarnya.
• Memberi ruang bagi kehidupan pribadi yang tidak boleh dimasuki oleh orang dewasa.
Bermasalah
Selain mendatangkan manfaat, keberadaan sahabat imajiner bisa menjadi masalah yang akan menjauhkan anak dari dunia nyata.
•
Satu-satunya teman anak. Bagaimanapun, ia perlu bersosialisasi dengan
dunia nyata. Jika anak kesulitan mendapatkan teman atau tidak tertarik
untuk bersosialisasi, Anda perlu berkonsultasi dengan psikolog anak.
•
Pelarian dari kenyataan. Tidak jarang sahabat imajiner adalah bentuk
pelarian anak atas kesepian, rasa takut, atau cemas yang ia rasakan.
“Tidak baik jika anak terlalu banyak mengkhayal. Untuk menghindari hal
itu, jangan biarkan anak terlalu lama menyendiri dan tidak melakukan
aktivitas apapun,” kata Dr. Reni.
• Kambing hitam. Sebaiknya
anak tidak dibiasakan melimpahkan kesalahan yang ia perbuat kepada
sahabat imajiner. Mengajarkan tanggung jawab tanpa menjatuhkan harga
diri anak menjadi tantangan Anda sebagai orang tua.
Ambil Tindakan
Sebagai orang tua, Anda bisa mengambil tindakan berikut jika si kecil bersahabat dengan tokoh khayalannya.
•
Biarkan anak mengarahkan respons Anda. Jika ia tidak ingin Anda
memasuki pertemanan mereka, izinkan. Jika ia ingin Anda ikut bermain,
lakukan.
• Sebisa mungkin, jangan menambahkan ide cerita ke
dalam plot imajinasi anak agar anak tetap berada di dunia nyata
sekaligus memberi kesempatan dia mengembangkan imajinasi.
•
Jika teman khayalan selalu menjadi kambing hitam setiap kali anak
melakukan kesalahan, segera fokuskan diri untuk mengambil konsekuensi.
Sebagai contoh, ketika anak mengatakan bahwa si sahabat telah
menumpahkan susu, minta anak untuk berhati-hati agar tidak melakukan
kesalahan seperti sahabatnya. Lalu katakan, Anda akan membantu dia
membersihkan susu yang telah ditumpahkan si teman.
• Seiring
pertambahan usia anak, kenalkan dia dengan berbagai kegiatan menarik
yang bisa dia lakukan bersama teman satu kelas, kerabat, atau tetangga
dekat. Dengan demikian, ia bisa merasakan kesenangan yang nyata dan
perlahan ia akan meninggalkan teman khayalannya.
Sumber: http://www.babylonish.com/blog/2015/05/apakah-anak-anda-memiliki-teman-khayalan
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Periode emas merupakan periode yang sangat vital atau sesuatu yang sangat penting di dalam suatu siklus. Periode emas pada anak yaitu ma...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)
0 komentar:
Posting Komentar