Jumat, 22 Desember 2017

Tingkatkan Daya Saing Peserta Didik Kursus

MEDAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) meminta agar lembaga kursus dan pelatihan segera meningkatkan daya saing peserta didik mereka. Sebab, menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean 2015, akan terjadi kompetisi sumberdaya manusia.

“Saat ini pekerja dari India, Singapura, Thailand, dan negara-negara lain sudah membanjiri Indonesia. Kalau peserta didik lembaga Bapak/Ibu tidak berkualitas, maka akan kalah bersaing,” ucap Direktur Jenderal PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog di hadapan para pengelola kursus dan organisasi mitra PAUDNI di Kantor Balai Pengembangan PAUDNI Regional I Medan, Sabtu (21/7).

Dirjen juga menegaskan agar pengelola kursus lebih kreatif dalam membuka program kursus. Jangan hanya menawarkan program yang konvensional, namun harus berani mengkreasi program sesuai kebutuhan pasar dan potensi daerah masing-masing. “Kalau potensi daerahnya industri tekstil ya buat kursus menjahit, kalau daerah perkantoran, ya buat kursus komputer. Tapi jangan hanya kursus mengetik, buat inovasi program lain,” ujarnya  mencontohkan.

Dirjen juga memaparkan begitu besarnya potensi pasar yang dapat digarap oleh para pengelola kursus. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya kelas menengah. Studi Bank Dunia menyebutkan, kelas menengah Indonesia saat ini 56,5 persen dari 247 juta penduduk. Pada 2003 berjumlah 81 juta jiwa, kini menjadi 134 juta jiwa, atau tumbuh 65 persen selama sembilan tahun.

“Ini berarti peluang investasi, peluang kerja. Lembaga kursus harus siap menangkap peluang ini. Cetak peserta didik yang berkualitas, agar cepat diserap dunia kerja dan dunia industri,” kata Dirjen. Ia juga minta agar lembaga kursus tidak tergantung dari dana pemerintah dan melakukan evaluasi atas kinerjanya.

Pada pertemuan tersebut terungkap bahwa terdapat lembaga kursus yang sudah berdiri 18 tahun, namun masih tetap berkinerja C. “Jangan salahkan pemerintah, evaluasi dulu secara internal kenapa terjadi hal seperti itu. Pemerintah sudah memberi banyak bantuan, mungkin lembaga Bapak/Ibu salah kelola” imbuhnya.

Butuh 130 Tenaga Terampil
Sebelumnya, pada Safari Ramadhan ke Kota Tebing Tinggi, Menko Kesra menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 130 juta tenaga terampil pada tahun 2030. Namun, komposisi penduduk yang bekerja saat ini, masih di dominasi lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
“Oleh sebab itu pendidikan sangat penting. Seluruh lembaga pendidikan harus bersama-sama menyiapkan tenaga terampil ini,” katanya. Ia juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia. Dari sisi jumlah penduduk, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar, yakni 247 juta jiwa. “Ini menjadi pasar tenaga kerja yang sangat potensial,” ucapnya. (Yohan Rubiyantoro/HK)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia