MEDAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan
Informal (PAUDNI) meminta agar lembaga kursus dan pelatihan segera
meningkatkan daya saing peserta didik mereka. Sebab, menjelang
berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean 2015, akan terjadi kompetisi
sumberdaya manusia.
“Saat ini pekerja dari India, Singapura, Thailand, dan negara-negara
lain sudah membanjiri Indonesia. Kalau peserta didik lembaga Bapak/Ibu
tidak berkualitas, maka akan kalah bersaing,” ucap Direktur Jenderal
PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog di hadapan para
pengelola kursus dan organisasi mitra PAUDNI di Kantor Balai
Pengembangan PAUDNI Regional I Medan, Sabtu (21/7).
Dirjen juga menegaskan agar pengelola kursus lebih kreatif dalam
membuka program kursus. Jangan hanya menawarkan program yang
konvensional, namun harus berani mengkreasi program sesuai kebutuhan
pasar dan potensi daerah masing-masing. “Kalau potensi daerahnya
industri tekstil ya buat kursus menjahit, kalau daerah perkantoran, ya
buat kursus komputer. Tapi jangan hanya kursus mengetik, buat inovasi
program lain,” ujarnya mencontohkan.
Dirjen juga memaparkan begitu besarnya potensi pasar yang dapat
digarap oleh para pengelola kursus. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya
kelas menengah. Studi Bank Dunia menyebutkan, kelas menengah Indonesia
saat ini 56,5 persen dari 247 juta penduduk. Pada 2003 berjumlah 81 juta
jiwa, kini menjadi 134 juta jiwa, atau tumbuh 65 persen selama sembilan
tahun.
“Ini berarti peluang investasi, peluang kerja. Lembaga kursus harus
siap menangkap peluang ini. Cetak peserta didik yang berkualitas, agar
cepat diserap dunia kerja dan dunia industri,” kata Dirjen. Ia juga
minta agar lembaga kursus tidak tergantung dari dana pemerintah dan
melakukan evaluasi atas kinerjanya.
Pada pertemuan tersebut terungkap bahwa terdapat lembaga kursus yang
sudah berdiri 18 tahun, namun masih tetap berkinerja C. “Jangan salahkan
pemerintah, evaluasi dulu secara internal kenapa terjadi hal seperti
itu. Pemerintah sudah memberi banyak bantuan, mungkin lembaga Bapak/Ibu
salah kelola” imbuhnya.
Butuh 130 Tenaga Terampil
Sebelumnya, pada Safari Ramadhan ke Kota Tebing Tinggi, Menko Kesra
menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 130 juta tenaga terampil pada
tahun 2030. Namun, komposisi penduduk yang bekerja saat ini, masih di
dominasi lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
“Oleh sebab itu pendidikan sangat penting. Seluruh lembaga pendidikan
harus bersama-sama menyiapkan tenaga terampil ini,” katanya. Ia juga
mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia.
Dari sisi jumlah penduduk, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar,
yakni 247 juta jiwa. “Ini menjadi pasar tenaga kerja yang sangat
potensial,” ucapnya. (Yohan Rubiyantoro/HK)