Jumat, 27 Juli 2018

Seks Sehat Hindari IMS


SETIAP biduk rumah tangga memiliki problem. Bagaimana jika pasangan terkena infeksi menular seksual (IMS)? 

Janji manis sehidup semati seolah terlupakan ketika biduk rumah tangga terhadang masalah. Apalagi ketika salah satu pasangan terinfeksi penyakit menular seksual akibat kehidupan seks yang tidak sehat.

Spesialis Kulit Kelamin dari Siloam Hospitals dr Hannah K.M Damar SpKK menyarankan untuk selalu menjaga kehidupan seks yang sehat.

"Sebuah perkawinan adalah proses belajar untuk mengenal satu sama lain. Masing-masing pasangan harus saling memelihara, mengingatkan, menyayangi demi kelangsungan rumah tangga," tutur alumnus Universitas Diponegoro seraya menambahkan untuk mengobati penyebab penyakit ini sampai bersih dan tuntas.

Penyakit menular seksual terkadang tidak merasakan gejala apa pun. Tidak jarang orang tidak mengetahui telah terinfeksi dalam stadium lanjut. Penderita tidak merasakan sakit karena tidak merasakan nyeri, gatal, keluar cairan atau gejala yang lain.

Beberapa penyakit menular seksual tergantung dari penyebabnya seperti bakteri, virus, protozoa, jamur atau kutu. Bakteri dapat menyebabkan penyakit sifilis, gonorhoea, dan chlamydia.

Adapun penyakit herpes, HIV, Papilloma dan Moluscum disebabkan virus. Kemudian, Protozoa menyebabkan trichomonas, jamur menyebabkan candida dan kutu menyebabkan scabies dan kutu celana.

Hannah menekankan, penting bagi pasutri untuk melakukan pemeriksaan dini dan perawatan yang tepat. Terutama, infeksi mudah menyebar ke organ tubuh bagian lain dan menyebabkan komplikasi serius.

Bila salah satu pasangan suami-istri tertular, tentu akan menjadi penderitaan pasangan lain sepanjang hidup.

"Mengetahui pasangan mengalami penyakit seksual sudah merupakan pukulan tersendiri. Benar-benar dibutuhkan kebesaran hati dan ketabahan pasangan untuk mau dan mampu menerima," kata Konsultan Perkawinan dari Badan Penasihat Perkawinan Perceraian DR Reni Akbar-Hawadi Psi.

Beban akan semakin bertambah karena stigma negatif masih melekat masih begitu buruk. Praktis, masyarakat akan bereaksi dengan mengasingkan, bahkan mengucilkan diri. Situasi ini merupakan reaksi yang wajar terjadi. Di sinilah kesetiaan diuji untuk menerima keadaan pasangan dalam kondisi apa pun.

Saling menyalahkan, marah, kecewa, tidak menerima kenyataan merupakan reaksi yang muncul saat terdiagnosis pertama kali.

"Tentu wajar jika pasutr saling menyalahkan. Namun, tidak bisa lari dari kenyataan dan memungkiri kenyataan yang ada. Karena bagaimanapun, masalah kesehatan bukan hanya masalah salah satu pasangansaja," sebut alumnus Universitas Indonesia itu.

Jika ada salah satu pasangan tertular, maka seharusnya pasangan yang lain membantu dan mendorong untuk menjalani perawatan. Selain membantu dalam perawatan, mengasuh dan mendampingi anakanak tidak boleh diabaikan. Namun, masalah ini bukanlah akhir dari suatu perjalanan rumah tangga.

Reni menuturkan, perlunya melakukan introspeksi perjalanan rumah tangga oleh pasutri. "Misalkan, suami tertular akibat sering melakukan hubungan seks yang tidak sehat dari perselingkuhan. Perlu dicari tahu kenapa bisa sampai terjadi perselingkuhan. Karena perselingkuhan bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti jenuh dengan pasangan, komunikasi tidak jalan sehingga sering kali melakukan tindakan irasional," tandas Reni.

Menurut dia, seks merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Jika bermasalah dalam kehidupan rumah tangga, tak ayal mencari kompensasi lain dan tidak memikirkan risiko. Selain itu, bisa juga para suami sedang mengalami masalah pekerjaan.

Dalam melakukan pertahanan diri menghadapi masalah, ada yang positif dan negatif. Dampak negatif, seperti menarik dan melarikan diri dari masalah dengan "merusak" dirinya sendiri. Karena itu pasutri perlu saling mendukung.
(tty)

Sumber: https://lifestyle.okezone.com/read/2008/03/29/24/95710/seks-sehat-hindari-ims

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia